Apalagi suhu politik di kawasan Indo-Pasifik memang menghangat salah satunya akibat sengketa wilayah Laut China Selatan antara China dengan Vietnam, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Brunei Darussalam.
Indonesia pun mempunyai wilayah yang berbatasan dengan Laut China Selatan, yaitu Laut Natuna Utara. Di kawasan itu juga sempat terjadi ketegangan karena kerap kali aparat keamanan seperti TNI Angkatan Laut memergoki aktivitas kapal nelayan China.
“Dengan demikian, rencana pengadaan ini memang tidak bisa dilepaskan dari konteks dinamika lingkungan strategis kawasan. Dan Indonesia dinilai sebagai salah satu mitra strategis negara tersebut untuk dapat berkiprah di kawasan," kata pengamat pertahanan Anton Aliabbas, Senin (14/2/2022).
Meski pengiriman Rafale masih lama, TNI AU sudah mulai ancang-ancang menyiapkan calon penerbang bagi jet yang mempunyai kemampuan bermanuver gerak menanjak tajam tersebut.
“Kita menyiapkan beberapa penerbang tetapi kita belum tentukan jumlahnya,” kata KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo di Mabesau, Jakarta, Jumat (4/3/2022).
Fadjar mengatakan, penyiapan calon penerbang ini juga sudah termasuk dengan penentuan kriteria yang akan direkrut.
Ia memastikan, TNI AU akan menunjuk prajurit yang memang dianggap layak menunggangi Rafale.
Nantinya, para calon penerbang Rafale akan menjalani latihan di Perancis, negara produsen Rafale. Selain di Perancis, latihan ini juga akan dilaksanakan di dalam negeri.
“Latihannya sendiri kita akan dilaksanakan di Perancis dan di dalam negeri,” imbuh dia.
Di kesempatan lain, Fadjar mengungkapkan, TNI AU perlu mengakuisisi tak hanya platform generasi terbaru dalam menghadapi ancaman peperangan generasi kelima.
Menurut Fadjar, keperluan tersebut bertujuan agar Indonesia mampu menciptakan kekuatan udara nasional yang mampu menghadapi tantangan peperangan generasi kelima.
“Untuk itu, TNI Angkatan Udara benar-benar harus melaksanakan transformasi dengan melakukan investasi jangka panjang pada sektor teknologi dan intelektualitas sumber daya manusia yang dimiliki,” kata Fadjar pada seminar memperingati HUT ke-76 TNI AU di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (30/3/2022).
Fadjar mengatakan, peperangan generasi kelima lebih banyak bertumpu pada aksi kekuatan non-kinetik atau tanpa mengandalkan senjata konvensional. Misalnya, disrupsi energi, sosial, dan ekonomi, hingga disinformasi.
Baca juga: Apa Urgensi Pemerintah Borong 42 Jet Rafale? Chappy Hakim Menduga 2 Hal Ini
Menghadapi potensi ancaman tersebut, Fadjar menuturkan, TNI AU perlu mulai mengambil langkah antisipatif dalam menghadapi peperangan generasi kelima.
Dengan demikian, pengadaan platform generasi terbaru, termasuk Rafale pun diharapkan dapat menjadi bagian dari langkah antisipasi menghadapi peperangan generasi terbaru.
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto menyebut bahwa pembelian pesawat generasi 4.5 juga perlu menggarisbawahi mengenai ADIS atau zona wilayah pertahanan udara.
“Tanpa memikirkan ADIS, kita akan memperlakukannya sebagai pesawat generasi ketiga,” terang dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.