Lain cerita Alifatul, lain pula kisah Agus Salim dari Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat. Jelang akhir puasa Ramadhan, Agus Salim sengaja berangkat dari Bekasi hari Jumat (29/4/2022) pukul 19.00 WIB.
Dengan tujuan mudik ke Palembang, Sumatera Selatan, Agus pada hari Sabtu (30/4/2022) sekitar pukul 11.30 WIB masih tertahan di Pelabuhan Merak, Banten.
Artinya butuh 11 jam perjalanan dari Bekasi hingga mulut Pelabuhan Merak. Padahal hari normal, hanyah butuh waktu maksimal 3 jam perjalanan (Jawapos.com, 4 Mei 2022).
Imbas pengaturan lalu lintas untuk memperlancar arus mudik dengan penerapan one way dan contra flow tak urung menghambat perjalanan “pejuang rindu” dari Bandung, Jawa Barat ke arah Jakarta.
Mereka harus tertahan selama 6 jam akibat macet “horor” di Tol Cipularang pada hari Jumat (29/4/2022).
Kendaraan mulai tidak bergerak sama sekali sejak di KM 70. Banyak “pejuang rindu” yang membatalkan penerbangannya via Bandara Soekarno Hatta imbas karena macet di jalan Tol Cipularang (Cnnindonesia.com, 29 April 2022).
Kronik perjuangan pejuang rindu tidak selalu berliput suka, sepasang suami istri pemudik dari Bandung, Jawa Barat meregang nyawa karena kendaraan yang ditumpanginya disambar Kereta Api Penataran yang melintas di perlintasan sebidang tanpa palang pintu pengaman di Pasirharjo, Talun, Blitar, Jawa Timur.
Kedua pejuang rindu berstatus pegawai PT Kereta API Indonesia (KAI) mininggalkan bocah semata wayang yang terluka berat (Kompas.com, 30/04/2022)
Sementara itu, bus yang membawa 32 pejuang rindu yang tengah mudik dari Solok menuju Padang mengalami kecelakaan di Kelok PU Jalan Raya Solok – Padang, Lubuk Kilangan, Sumatera Barat pada hari Senin (2/5/2022).
Sopir yang tidak menguasai lekuk-lekuk jalanan menjadi penyebab tergulingnya bis tersebut. Akibatnya dua pemudik meninggal di lokasi (Kompas.com, 02/05/2022).
Kerinduan akan keluarga, sanak dan kerabat serta kampung halaman memang sulit untuk disetarakan dengan nominal angka-angka logik. Sulit untuk dinarasikan karena penuh dengan keabstrakan.
Perjalanan mudik ke kampung halaman tidak sekadar “berlelah-lelah” di perjalanan dan “menghamburkan” jerih payah yang telah lama dikumpulkan dengan susah.
Mudik adalah ritual yang selalu berulang karena sejatinya setiap manusia ingin menapaktilasi perjalanan hidupnya.
Perjalanan balik pun dengan susah payah kembali harus ditempuh demi bisa mencari rezeki. Agar tahun depan bisa mudik (kembali).
Kasih sayangmu membekas
Redam kini sudah pijar istimewa
Entah apa maksud dunia
Tentang ujung cerita, kita tak bersama
Semoga rindu ini menghilang
Konon katanya waktu sembuhkan
Akan adakah lagi yang sepertimu?
Kukira kita akan bersama
Begitu banyak yang sama
Latarmu dan latarku
Kukira takkan ada kendala
Kukira ini 'kan mudah
Kau-aku jadi kita
Kau melanjutkan perjalananmu
Ku melanjutkan perjalananku
Semoga tembangnya Tulus yang berjudul “Hati-Hati Di Jalan” bisa menjadi teman di perjalanan arus balik. Para pejuang rindu, hati-hati di jalan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.