Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Annie Senduk, Langkah Perjuangan Kemanusiaan Sang Perawat

Kompas.com - 22/04/2022, 15:10 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Asrama kedokteran di Jalan Kramat Raya 72 menjadi salah satu saksi bisu kegigihan para tenaga kesehatan atau perawat di masa perjuangan kemerdekaan antara 1945 sampai 1948.

Saat itu kondisi serba tidak aman. Pasukan Kekaisaran Jepang masih mengawasi gerak-gerik para pejuang kemerdekaan.

Sejumlah mahasiswa kedokteran di Jakarta yang turut bergabung dalam perjuangan kemerdekaan juga ikut membagikan selebaran atau pamflet berisi ajakan bagi masyarakat untuk ikut bergerak.

Suatu ketika seorang mahasiswa kedokteran datang ke asrama kedokteran itu. Annie Senduk yang merupakan kepala perawat di asrama langsung menghampiri.

Para mahasiswa itu mengatakan kalau para aparat militer Jepang sudah mengetahui markas pergerakan mereka di Hotel Pavilyon, Harmoni. Padahal di sana tersimpan sejumlah dokumen milik para pejuang serta obat-obatan yang disembunyikan.

Baca juga: Peringatan Hari Kartini, Jokowi: Indonesia Selalu Melahirkan Perempuan-perempuan Tangguh

Annie langsung membagi tugas untuk menyelamatkan obat-obatan, makanan, dan sejumlah dokumen itu.

Sejumlah rekannya yang bisa menyetir diminta tetap tinggal di asrama. Sedangkan sejumlah temannya bergegas ke Harmoni untuk menyelematkan barang-barang itu.

Annie bersama asistennya, Sietje, bersepeda ke Rumah Sakit Cikini untuk mencari pinjaman mobil.

Setelah berhasil mendapatkan mobil pinjaman, Annie dibantu Suwardjono Suryaningrat, Mahar Mardjono, Hussein Odon, Alex Kaligis, Yusuf dan mahasiswa kedokteran lain memindahkan seluruh dokumen dan logistik.

Itu bukan pertama kali Annie terlibat dalam perjuangan. Ketika Jepang memukul mundur Belanda dari Hindia Belanda, Annie bersama rekan-rekannya dan rakyat menyerbu gudang persediaan obat dan makanan Belanda di samping Kolam Renang Cikini (kini gedung SMP Negeri 1).

“Rakyat berbondong-bondong membongkar gudang mencari rezeki ‘nomplok’,” kata Annie dalam memoarnya yang dimuat dalam Sumbangsihku bagi Pertiwi jilid I, seperti dikutip dari Historia.id, Jumat (22/4/2022).

Baca juga: Dari Multatuli hingga Perempuan dan Sosialisme, Ini Buku-buku yang Dibaca Kartini

Mereka kemudian berbagi hasil jarahan dari gudang itu.

Annie mulai akrab dengan gerakan perjuangan kemerdekaan ketika belajar di Rumah Sakit Cikini pada 1938. Di asrama, Annie melihat beragam ketimpangan sosial.

Orang-orang Belanda hidup berkecukupan dan bisa dengan mudah menikmati roti hingga keju. Sementara, rakyat bumiputra hidup melarat.

Semangat perjuangan dan kesadaran akan pentingnya kemerdekaan itulah yang mengantarkan Annie kemudian berkenalan dan belajar dari dokter Suharto, yang kemudian menjadi dokter pribadi Presiden Sukarno, dan dokter Mohtar. Keduanya merupakan dokter yang turut terlibat dalam gerakan perjuangan kemerdekaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PAN Persoalkan Selisih 2 Suara Tapi Minta PSU di 5 TPS, Hakim MK: Mungkin Enggak Setengah Suara?

PAN Persoalkan Selisih 2 Suara Tapi Minta PSU di 5 TPS, Hakim MK: Mungkin Enggak Setengah Suara?

Nasional
Kuasa Hukum KPU Belum Paham Isi Gugatan PDI-P di PTUN

Kuasa Hukum KPU Belum Paham Isi Gugatan PDI-P di PTUN

Nasional
KPK Sita Pabrik Kelapa Sawit Bupati Nonaktif Labuhan Batu, Nilainya Rp 15 M

KPK Sita Pabrik Kelapa Sawit Bupati Nonaktif Labuhan Batu, Nilainya Rp 15 M

Nasional
Sidang Praperadilan Tersangka TPPU Panji Gumilang Berlanjut Pekan Depan, Vonis Dibacakan 14 Mei

Sidang Praperadilan Tersangka TPPU Panji Gumilang Berlanjut Pekan Depan, Vonis Dibacakan 14 Mei

Nasional
Hukuman Yusrizki Muliawan di Kasus Korupsi BTS 4G Diperberat Jadi 4 Tahun Penjara

Hukuman Yusrizki Muliawan di Kasus Korupsi BTS 4G Diperberat Jadi 4 Tahun Penjara

Nasional
Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

Nasional
Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

Nasional
Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Nasional
Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Nasional
Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Nasional
Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Nasional
Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Nasional
Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Nasional
KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

Nasional
Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com