Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasdem Sebut Menteri Tidak Layak Bicara Penundaan Pemilu dan Presiden 3 Periode

Kompas.com - 08/04/2022, 15:54 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali berpendapat, para menteri tidak layak membicarakan atau menyuarakan wacana penundaan pemilu atau perpanjangan masa jabatan presiden.

Sebab, menurut Ali para menteri seharusnya fokus bekerja sebagai perpanjangan tangan visi dan misi presiden dalam pelayanan ke masyarakat.

"Mereka itu kan hanya menjalankan sebagai pembantu presiden, menjalankan visi misi presiden, jadi RPJMN itu yang kemudian digarap menteri-menteri ke dalam tupoksi (tugas pokok dan fungsi) masing-masing menyukseskan visi misi presiden," kata Ali saat dihubungi Kompas.com, Jumat (8/4/2022).

"Artinya mereka harus satu bahasa, dan memang tidak layak lah kalau kemudian menteri bicara tentang politik, bicara tentang penundaan pemilu," ucapnya.

Baca juga: Jokowi Larang Menteri Bahas Penundaan Pemilu, Pengamat UGM: Itu Sudah Tepat

Ali mengingatkan bahwa terkait penyelenggaraan pemilu adalah ranah dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Menurut dia, berbicara soal pemilu bukan ranah di pemerintahan, terlebih para menteri.

"Bicara tentang pemilu itu kan ruangnya penyelenggara pemilu, bukan di pemerintahan," tutur Ali.

Di sisi lain, Ali juga menyoroti wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden yang turut disuarakan para elite partai politik.

Menurutnya, para ketua umum parpol juga tidak perlu ikut bersuara. Mereka semestinya bisa memerintahkan langsung ke fraksi di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk menolak usulan tersebut, termasuk soal amendemen konstitusi. 

"Karena semua bicara tentang amendemen, itu kan harusnya di MPR. Kalau ketua partai enggak usah bicara lah, perintahkan saja fraksi di MPR untuk bicara, supaya tidak heboh," imbuh Ali.

Baca juga: Bambang Pacul Komentari Airlangga dan Luhut yang Wacanakan Penundaan Pemilu atau 3 Periode

Kendati demikian, Ali mengaku usulan amendemen konstitusi tersebut sudah telanjur mengemuka.

Alhasil, wacana itu kini terus bergulir dan membuat heboh publik.

"Tapi kan sekarang sudah terjadi kehebohan nih, mahasiswa kita sudah saya dengar, baca berita kiri kanan mau konsolidasi, dan buruh-buruh sudah mulai aksi. Ini kan yang rugi siapa, kita sudah mulai merasakan dampaknya," tutup Ali.

Sebelumnya diberitakan, ada dua wacana yang menjadi perbincangan di publik, yaitu penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden menjadi 3 periode.

Beberapa pembantu presiden di kabinet bahkan menyuarakan hal tersebut. Salah satunya Luhut.

Baca juga: Sikap Luhut Setelah Jokowi Larang Menteri Bicara Penundaan Pemilu

Terkini, Presiden Jokowi angkat bicara soal banyaknya menteri yang membicarakan dua isu tersebut.

Presiden melarang para menterinya untuk tidak lagi berbicara mengenai penundaan pemilu dan presiden tiga periode.

Momen ini terjadi saat Jokowi memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Selasa (5/4/2022).

"Jangan sampai ada lagi yang menyuarakan lagi mengenai urusan penundaan, urusan perpanjangan, enggak," kata Jokowi dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (6/4/2022).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Ahli Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Ahli Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com