Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelaah 3 Alasan Peluang Koalisi Demokrat-Nasdem Terbuka Lebar

Kompas.com - 01/04/2022, 07:02 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Strategi lobi-lobi seluruh partai politik mulai dijalankan meski pemilihan umum (Pemilu) 2024 masih sekitar 2 tahun lagi.

Taktik membangun komunikasi untuk menjajaki koalisi mulai dibangun oleh Partai Demokrat dan Partai Nasdem.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengakui mereka tengah menjajaki koalisi dengan Partai Nasdem untuk Pemilu 2024. Penjajakan koalisi itu dibahas bersama Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dalam pertemuan kedua pihak di kantor DPP Nasdem, Selasa (29/3/2022) lalu.

"Ya, kami tentu membuka peluang itu, saling membuka peluang. Nasdem membuka peluang, Demokrat membuka peluang," ucap AHY kepada wartawan selepas pertemuan dengan Surya Paloh.

Baca juga: 3 Hasil Pertemuan AHY-Surya Paloh soal Pemilu 2024

"Sangat terbuka. Artinya inilah bagian yang terus kita bicarakan dan sangat terbuka peluang-peluang seperti itu. Yang penting tanpa ada keterburuan," lanjut AHY.

AHY mengatakan, salah satu harapan Demokrat bisa berkoalisi dengan Nasdem adalah demi menghadapi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold sebesar 20 persen.

"Kita tahu bicara peta politik tersebut tidak terlepas dari realitas presidential threshold 20 persen. Nasdem punya kekuatan, Demokrat juga demikian, punya kekuatan. Kita cari ruang kolaborasinya," jelas AHY.

"Sekarang kan masih awal tahun 2022, kita ikuti terus. Yang jelas kami memiliki kesepakatan kalau memang banyak titik temunya dibanding perbedaannya, kita juga punya visi-misi serupa, tentunya sangat terbuka peluang untuk berkoalisi," kata anak sulung Presiden keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono itu.

Baca juga: AHY Akui Jajaki Koalisi dengan Nasdem untuk Hadapi Presidential Threshold

Di sisi lain, elektabilitas AHY pun perlahan naik dan masuk dalam bursa bakal calon presiden 2024. Akan tetapi, menurut hasil jajak pendapat sejumlah lembaga survei, elektabilitas AHY memang masih terpaut cukup jauh dari Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.

Banyak kesamaan

Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yuda mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat pertemuan Surya Paloh dan AHY di DPP NasDem bisa dilihat sebagai penjajakan koalisi.

Menurut Yuda, dalam proses pemilu ada tahapan kandidasi (proses pencalonan) dan election (proses pemenangan).

Pada proses kandidasi, kata Yuda, partai-partai politik membuka peluang komunikasi dengan partai apa pun. Semakin banyak komunikasi politik yang dibangun tentu semakin bagus, termasuk dengan partai yang bersebarangan dan pemerintahan sebab tidak ada koalisi permanen dalam politik.

Baca juga: Usai Bertemu AHY, Nasdem: Capres Masih Terlalu Cair untuk Dibicarakan

"Dari pertemuan Surya Paloh dan AHY tersebut kemungkinan terbentuknya koalisi NasDem dan Demokrat cukup berpeluang. Pada Pilpres 2024 sangat mungkin kedua partai ini menggagas koalisi baru," ujar Yuda kepada Kompas.com.

Yuda memaparkan tiga alasan tentang peluang koalisi antara Demokrat dan Nasdem.

Pertama, kata Yuda, baik Demokrat dan Nasdem sama-sama menolak wacana penundaan Pemilu atau masa jabatan Presiden menjadi 3 periode.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Duet Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim Baru Disetujui Demokrat, Gerindra-Golkar-PAN Belum

Duet Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim Baru Disetujui Demokrat, Gerindra-Golkar-PAN Belum

Nasional
Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Nasional
Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Nasional
Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Nasional
Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Nasional
Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Nasional
DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

Nasional
Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Nasional
Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

Nasional
DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

Nasional
Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

Nasional
Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com