Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Pernyataan Kontroversial Megawati: dari Minyak Goreng sampai Minta Jatah Menteri Terbanyak ke Jokowi

Kompas.com - 19/03/2022, 15:30 WIB
Fitria Chusna Farisa

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tengah ramai diperbincangkan.

Ia panen kritik usai berkomentar soal kisruh minyak goreng. Bagaimana tidak, di tengah langka dan tingginya harga minyak goreng di Indonesia, Megawati justru mempertanyakan para ibu yang terlalu banyak menggoreng.

Mega mengaku heran melihat ibu-ibu rela mengantre berjam-jam demi membeli minyak.

"Saya sampai mengelus dada, bukan urusan masalah nggak ada atau mahalnya minyak goreng, saya sampai mikir, jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng sampai begitu rebutannya?" kata Megawati dalam webinar "Cegah Stunting untuk Generasi Emas" yang disiarkan Youtube Tribunnews, Jumat (18/3/2022).

Baca juga: Ironi Megawati, Ketum Partai Wong Cilik yang Terheran-heran Lihat Ibu-ibu Antre Minyak Goreng

Padahal, menurut Mega, selain digoreng, ada banyak cara untuk membuat makanan. Bisa dengan direbus, dibakar, atau dikukus.

"Apa tidak ada cara untuk merebus, lalu mengukus, atau seperti rujak, apa tidak ada? Itu menu Indonesia, lho. Lha kok njelimet (rumit) gitu," tuturnya.

Mega mengatakan, seandainya almarhum suami menyuruhnya untuk ikut mengantre atau berebut membeli minyak goreng, sudah pasti dia tidak mau.

Ketimbang menggoreng, Mega bilang lebih memilih memasak di rumah dengan cara lainnya.

Selain enggan menghabiskan waktu, kata Mega, terlalu banyak mengonsumsi makanan yang digoreng juga tak baik untuk kesehatan tubuh.

"Saya emoh (tidak mau). Aku lebih baik masak di rumah, direbus kek, dikukus kek," kata dia.

Baca juga: Megawati Pernah Kritik Jokowi soal Minyak Goreng Mahal, Kini Heran Ibu-ibu Berebutan


Meski demikian, Mega tak menampik pentingnya minyak goreng dalam urusan rumah tangga. Namun, menurut dia, minyak goreng bukanlah kebutuhan primer.

"Nanti dipikirnya saya tidak membantu rakyat kecil. Lho padahal, ini kebutuhan apa tidak? Sebetulnya ini kan bukan primer sebetulnya, kalau mikirnya kita kreatif," kata Presiden ke-5 RI itu.

Megawati memang dikenal kerap membuat pernyataan kontroversial. Tak jarang, ucapannya menuai pro dan kontro publik.

Berikut sederet pernyataan kontroversial Megawati, dari persoalan minyak goreng sampai jatah kursi menteri.

1. Kritik Jokowi soal minyak goreng

Awal Januari lalu, Megawati sempat mengkritik Presiden Joko Widodo, yang tak lain adalah kader PDI-P, perihal mahalnya harga minyak goreng.

Sebagaimana diketahui, persoalan kelangkaan dan tingginya harga minyak sudah berlangsung selama beberapa bulan terakhir, terhitung sejak akhir tahun 2021.

Baca juga: Megawati Heran Ibu-ibu Tak Bikin Rebusan saat Minyak Langka, Sekjen PDI-P: Solusi Praktis

“Pak Jokowi, bayangkan, saya sering lihat tho, kemarin harga cabai sekian, harga minyak goreng sekian (tinggi), aneh menurut saya, kok klasik amat ya,” kata Megawati dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) PDI-P ke-49, Senin (10/1/2022).

"76 tahun (Indonesia) merdeka lho, masa begitu aja (masalahnya) di mana salahnya? Ini untuk kritik,” sambungnya.

Mega mengatakan, saat menjabat sebagai anggota DPR, ia kerap berdiskusi langsung dengan petani ketika harga bahan pangan melambung tinggi.

2. Sentil Puan soal UU

Masih dalam momen perayaan HUT PDI-P ke-49, Megawati menyentil Ketua DPR RI yang juga putrinya sendiri, Puan Maharani, perihal undang-undang.

Dia menyebutkan, produk legislasi yang dibuat DPR kerap tak sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Padahal, UUD semestinya dijadikan acuan pembuatan UU.

"Sekarang saya sering, kebetulan kan putri saya Ketua DPR, saya suka bilang begini, sebetulnya kita ini apa sudah lupa sama UUD 1945 ya," kata Megawati.

Baca juga: Megawati Sentil Puan, DPR Suka Bikin UU Tak Sesuai UUD 1945

Megawati mengatakan, UUD merupakan sumber segala perundangan. Oleh karenanya, pembuatan UU harus selalu mengacu pada konstitusi.

"UUD 1945 itu di situ katanya sumber segala perundangan, tapi terus di bawahnya seperti kayak tidak berhubungan atau kurang berhubungan menurut saya," ujarnya.

3. Sindir orang cari untung di tengah pandemi

Megawati juga sempat menyindir adanya pihak-pihak tertentu yang mencari untung di tengah situasi pandemi Covid-19.

Bahkan, ia mengibaratkan pihak-pihak tersebut sebagai kelompok politik yang mencoba memancing di air keruh.

"Ada juga suatu kelompok kepentingan yang bertindak bagaikan benalu yang menginduk pada inangnya atas nama pandemi, mereka masih mencari keuntungan materi," kata Megawati, Senin (10/1/2022).

Baca juga: Megawati Sindir Ada Pihak yang Cari Keuntungan di Tengah Pandemi

Kendati demikian, Megawati tak menyebut siapa pihak yang ia maksud. Hanya saja, dia mengaku heran.

Sebab, dalam situasi pandemi seperti saat ini, seharusnya dapat menjadi momentum yang membuat para pemimpin dan rakyat bersatu.

4. Menangis Jokowi dihina dan badannya kurus

Megawati pernah mengatakan dirinya sedih melihat Presiden Jokowi kerap dihina, padahal telah banyak bekerja untuk rakyat Indonesia. Dia bahkan mengaku sampai menangis.

"Coba lihat Pak Jokowi. Saya suka nangis lho, beliau itu sampai kurus. Kurus kenapa? Mikir kita, mikir rakyat. Masa masih ada yang mengatakan Jokowi kodoklah," kata Megawati dikutip dari siaran pers, Rabu (18/8/2021).

Menurut Megawati, kritik semestinya disampaikan secara konstruktif dan solutif. Ia menyebut, orang-orang yang mengkritik Jokowi sebaiknya bertemu langsung dengan presiden.

"Orang (penhina Jokowi) itu benar-benar tidak punya moral. Pengecut, saya bilang," kata dia.

5. Sebut Jakarta amburadul

Tak hanya pemerintah pusat, Megawati juga pernah menyentil pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan menyebut kondisi ibu kota amburadul.

Baca juga: Megawati: Saya Suka Nangis, Masih Ada yang Mengatakan Jokowi Kodoklah...

Padahal, menurut Mega, DKI Jakarta semestinya bisa menjadi "kota mahasiswa" atau "city of intellect" jika ditata dengan baik.

"Saya bilang Jakarta ini menjadi amburadul. Karena apa, ini tadi seharusnya city of intellect ini dapat dilakukan tata kotanya, masterplan-nya, dan lain sebagainya," ujar Mega saat menerima penghargaan "City of Intellect" dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Selasa (10/11/2020).

Oleh karenanya, Mega berharap tujuan penataan DKI Jakarta dirumuskan secara jelas dengan melibatkan para akademisi.

6. Mengaku sering di-bully

Sering melontarkan pernyataan kontroversial, Megawati sadar bahwa banyak orang tak suka dengan dirinya.

Ia pun mengaku sering mendapatkan perundungan atas sikap dan pemikirannya. Namun begitu, Mega mengaku tak terlalu peduli.

"Saya sering di-bully. Banyak orang tidak suka sama saya, enggak apa-apa," kata Mega dalam pidatonya, Selasa (10/11/2020).

Baca juga: Megawati: Saya Dukung Pak Jokowi, Mau Di-bully 1.000 Kali, Enggak Takut Saya

Menurut Mega, apa yang dilakukannya selama ini semata-mata demi kebaikan bangsa. Dia ingin Indonesia menjadi negara maju.

"Karena saya punya tujuan, semua bagi bangsa dan negara, bahwa negara ini harus maju. Lebih maju daripada negara-negara lain. Apakah bisa atau tidak bisa, saya bilang sangat bisa," ucap dia.

7. Nilai Sumbar kini beda

Megawati berulang kali menyinggung Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) dalam pidato-pidatonya. Dia berkali-kali mengatakan bahwa Sumbar kini berbeda.

Saat berpidato di hadapan pasangan calon Pilkada 2020, Rabu (2/9/2020), Mega mengaku heran karena rakyat Sumbar hingga belum sepenuhnya mau menerima PDI-P.

Baca juga: Tegaskan Pemilu 2024 Sesuai Jadwal, Puan: Kita Jalankan Sebaik-baiknya

"Kalau saya melihat Sumatera Barat itu, saya pikir kenapa ya rakyat di Sumatera Barat itu sepertinya belum menyukai PDI-P, meskipun sudah ada daerah yang mau ada DPC atau DPD," ujar dia.

Presiden kelima RI Megawati Soekarno Puteri (kanan) dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (ketiga kiri) tiba di Ruang Rapat Paripurna, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (16/8/2019). Megawati dan Puan yang juga puterinya,  hadir dalam Sidang Tahunan dan Pidato Kenegaraan yang disampaikan Presiden Joko Widodo. PUSPA PERWITASARI Presiden kelima RI Megawati Soekarno Puteri (kanan) dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (ketiga kiri) tiba di Ruang Rapat Paripurna, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (16/8/2019). Megawati dan Puan yang juga puterinya, hadir dalam Sidang Tahunan dan Pidato Kenegaraan yang disampaikan Presiden Joko Widodo.

Setahun berselang tepatnya 12 Agustus 2021, Megawati dalam pidatonya kembali menyinggung Sumbar yang kini berbeda dari dulu yang ia kenal.

Dia juga mempertanyakan mengapa dirinya dan Puan Maharani dirundung usai pernyataan Puan soal harapannya agar Sumbar menjadi provinsi yang mendukung Pancasila.

Pernyataan soal Sumbar kini berbeda juga Mega sampaikan di HUT PDI-P ke-49, Januari 2022. Dia mempertanyakan adat istiadat asal Sumbar, Ninik Mamak, yang kini tidak lagi dilihatnya.

8. Pertanyakan sumbangsih generasi milenial

Megawati kembali menuai kontroversi usai mempertanyakan sumbangsih generasi milenial. Ia menilai bahwa generasi muda hanya bisa berdemonstrasi, salah satunya unjuk rasa menolak omnibus law UU Cipta Kerja pada Oktober 2020 lalu.

Menurut dia, sumbangsih generasi milenial terhadap bangsa Indonesia belum terlihat selain melakukan demonstrasi tersebut.

Baca juga: Wacana Penundaan Pemilu, Politisi PDI-P Curiga Ada Harmoko di Sekitar Jokowi

"Anak muda kita jangan dimanja, dibilang generasi kita adalah generasi milenial. Saya mau tanya, hari ini apa sumbangsihnya generasi milenial yang sudah tahu teknologi membuat kita sudah viral tanpa harus bertatap langsung?" kata Megawati dalam acara peresmian kantor PDI-P secara daring, Rabu (28/10/2020).

"Apa sumbangsih kalian terhadap bangsa dan negara ini? Masa hanya demo saja," tuturnya.

Ia pun menyayangkan demonstrasi yang kala itu berlangsung karena terjadi perusakan berbagai fasilitas publik, seperti halte transjakarta dan moda raya terpadu (MRT).

9. Minta jatah menteri terbanyak

Usai Jokowi-Ma'ruf Amin terpilih sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden 2019-2024 melalui Pilpres 2019, Megawati terang-terangan meminta jatah menteri terbanyak untuk PDI-P di kabinet.

Dia mengatakan, sejak Pemilu 2014 hingga 2019 PDI-P berjaya, apalagi salah satu kadernya dua kali menjabat sebagai presiden.

"Kalau nanti (pemerintahan baru) Pak Jokowi, mesti ada menteri (untuk kader PDI-P). Mesti banyak," ujar Megawati dalam Kongres V PDI-P di Denpasar, Bali, Rabu (8/8/2019).

Pernyataan Megawati itu disambut sorak-sorai kader PDI-P yang hadir.

"Orang kita ini pemenang pemilu dua kali. Betul tidak?" kata Megawati.

"Betul," jawab para kader serempak.

Baca juga: Menebak-nebak Capres PDI-P di 2024 Bocoran Puan Maharani

Megawati menegaskan bakal menolak apabila Jokowi hanya memberikan sedikit jatah kursi menteri untuk diisi kader PDI-P.

"Jangan nanti (Jokowi mengatakan), Ibu Mega, saya kira karena PDI-P sudah banyak kemenangan, sudah di DPR, saya kasih empat (kursi menteri). Emoh, tidak mau, tidak mau, tidak mau!" ujar Megawati.

Pernyataan itu membangkitkan sorak-sorai para kader. Mereka juga berteriak "tidak mau, tidak mau" sembari bertepuk tangan.

Megawati kemudian berkelakar, "Memang begitu dong. Orang yang enggak dapat saja minta".

"Ini di dalam kongres partai Pak Presiden, saya minta, dengan hormat PDI-P akan masuk ke dalam kabinet dengan jumlah menteri terbanyak. Sip!" lanjut Megawati yang kembali disambut sorak-sorai kader.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com