Menurut Rhenald, harta yang dititipkan oleh terduga pelaku kejahatan ke para anak muda ini bisa beragam bentuknya, mulai dari penyertaan modal hingga barang mewah.
Baca juga: Menilik Fenomena Influencer dan Artis yang Jadi Afiliator Trading Seperti Indra Kenz
Anak muda yang mendapat titipan harta tersebut tidak akan banyak bertanya asal muasal harta yang dititipkan. Sebab, bagi mereka, itu bentuk investasi.
Hal itu diketahui Rhenald lantaran anak-anak muda ini terang-terangan mengaku mendapat modal atau suntikan dana dari sosok-sosok tertentu dalam jumlah besar.
Padahal, besar dugaan harta yang dititipkan tersebut merupakan bentuk pencucian uang atau money laundry.
"Ada crazy rich di antara anak-anak yang baru lulus dan teman-teman satu angkatannya terkejut ketika temannya yang hidupnya biasa-biasa, tiba-tiba mempunyai usaha, katakanlah properti ratusan hektare, tiba-tiba mempunyai modal yang sebesar itu," kata Rhenald.
"Mereka tidak tahu artinya money laundry. Jadi mereka pikir itu modal, bahwa itu adanya kepercayaan, itu mereka bisa pakai. Mereka tidak peduli terhadap hal seperti itu (dugaan money laundry)," tutur Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia itu.
Oleh karena ini bentuk money laundry, kata Rhenald, anak-anak muda yang dipilih untuk dititipi harta biasanya yang mempunyai usaha.
Ini supaya pelaku kejahatan terkesan mendapat pendapatan dari hasil yang legal, padahal sebenarnya terjadi pencucian uang.
Baca juga: Apa Itu Binomo dan Quotex yang Seret Indra Kenz dan Doni Salmanan ke Penjara
"Namanya dicuci itu (uang) diputar pada orang, sehingga kemudian pihak tertentu bisa menunjukkan ini saya punya usaha dari tempat lain, atau barangkali dia tidak tampak kelihatan, tetapi dia bisa menggunakan (harta)-nya," terang Rhenald.
Rhenald mengatakan, untuk melacak pelaku money laundry yang menitipkan hartanya ke para anak muda memang relatif sulit. Setidaknya, diperlukan akuntan forensik.
Misalnya, ada seorang pekerja kantoran yang pendapatannya dalam sebulan sebesar Rp 30 juta. Tetapi, pengeluarannya mencapai Rp 100 juta per bulan.
Belum tentu orang tersebut menjadi penadah uang hasil money laundry. Harus dilacak lebih dulu apakah orang itu memiliki usaha sendiri di luar pekerjaan kantornya.
Contoh lain, terdapat seorang pengusaha yang setiap bulannya menghasilkan Rp 100 juta. Setiap bulan pula dia berbelanja barang-barang mewah yang totalnya mencapai ratusan miliaran rupiah.
Menurut Rhenald, pihak berwenang harus melakukan pengawasan ketat pada aktivitas pembayaran pajak hingga lalu lintas uang orang tersebut.
"Sebetulnya kalau nilainya besar bisa dideteksi dari mana," kata dia.