Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Silvanus Alvin
Dosen

Silvanus Alvin adalah dosen di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan penulis buku Komunikasi Politik di Era Digital: dari Big Data, Influencer Relations & Kekuatan Selebriti, Hingga Politik Tawa.

Di Balik Sikap "Santuy" Ganjar Tanggapi Sindiran Puan

Kompas.com - 18/02/2022, 09:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pilihan jadi populis

Kedua, sikap Ganjar boleh jadi terkait dengan populisme. Buku The Psychology of Political Communicators: How Politicians, Culture, and the Media Construct and Shape Public Discourse (2019) yang ditulis oleh Michael Hameleers, peneliti dari the Amsterdam School of Communication Research (ASCoR) membahas tentang hal ini.

Hameleers menulis tiga ide utama dari populisme adalah menjadikan masyarakat sebagai pusat, anti elite, serta ekslusi sosial kelompok luar (hlm. 81).

Baca juga: Drama Puan Maharani Vs Ganjar Pranowo, Siapa Lebih Diuntungkan?

Ganjar boleh jadi berusaha menunjukkan dirinya populis. Dalam hal memprioritaskan masyarakat, dapat dilihat dari Ganjar yang lebih memilih rapat dengan Presiden Jokowi untuk membahas pandemi covid-19. Pembahasan mengenai Covid-19 lebih berdampak pada masyarakat daripada acara Puan dalam peresmian pasar di Solo.

Kemudian, sindiran Puan didominasi dengan ide bahwa dirinya kecewa tidak disambut kepala daerah. Pernyataan tersebut menempatkan anak dari Megawati Soekarnoputri tersebut sebagai kaum elite. Dari ucapan tersebut, Puan membuat jurang pemisah bahwa ia tidak sama dengan rakyat biasa. Dengan tidak hadir menyambut Puan, rakyat dengan sendirinya bisa mengasosiasikan Ganjar sebagai anti elite.

Terkait ekslusi sosial belum bisa kita lihat, karena Ganjar mengaku siap menyambut seandainya Puan kembali kunjungan ke wilayah Jawa Tengah. Namun, apakah itu sebatas kata-kata belaka atau janji, hanya Ganjar dan Tuhan yang tahu. Di saat bersamaan, ekslusi sosial secara halus ditunjukkan oleh para pundit politik serta simpatisan Ganjar yang secara umum menyebut Puan berkelakuan feodal.

Counter-imaging

Ketiga, sebuah jurnal penelitian yang ditulis Craig, Rippere, dan Grayson (2014) berjudul Attack and Responses in Political Campaigns: An Experimental Study in Two Parts, menjelaskan ada lima gaya berbeda yang dapat diterapkan politisi ketika mendapat serangan politik: menyangkal (denial), menyerang balik (counter-attack), menanggapi isu dengan memberi bingkai alternatif (counter-imaging), mencari pembenaran (justification), dan menilai serangan sebagai fitnah (saying the negative campaign as mudslinging).

Dari lima gaya di atas, Ganjar bisa dilihat termasuk sebagai politisi yang menerapkan counter-imaging. Ia berusaha untuk memberi bingkai berbeda bahwa dirinya akan tetap menyambut Ketua DPR perempuan pertama di Indonesia itu. Ada sisi tertentu dari Ganjar, yang berusaha untuk menetralkan ketegangan dengan Puan.

Punya basis fans

Keempat, fakta bahwa Ganjar memiliki modal ‘selebriti’ membuat sindiran yang ditujukan padanya tidak memberi efek apapun. Modal yang dimaksud adalah basis fans yang Ganjar miliki di media sosial.

Di YouTube, Ganjar memiliki 1,23 juta subscribers dan di Instagram terdapat 4,4 juta pengikut (per 17 Februari 2022). Berbeda dengan Puan, yang sejauh penulis cari tidak ada akun YouTube dan di Instagram hanya memiliki pengikut 609 ribu (per 17 Februari 2022).

Professor Komunikasi Politik dari University Antwerp, Peter Van Aelst dan Stefaan Walgrave dalam jurnal berjudul Information and Arena: The Dual Function of the News Media for Political Elites (2016) menulis bahwa politisi memiliki posisi berbeda dalam mempengaruhi suatu proses ataupun isu politik tergantung modal medianya (akses pada media, popularitas di media, serta publik pengikut di era media sosial).

Dengan demikian, ada kecenderungan ucapan atau dalam konteks ini sindiran Puan, tidak akan terlalu memengaruhi basis fans atau pengikut Ganjar. Sehingga wajar Ganjar menanggapi santai sindiran tersebut.

Berangkat dari empat kemungkinan alasan di atas yang dibangun dari dasar teoretis, dapat disimpulkan bahwa satu isu atau peristiwa politik memiliki kedalaman kajian komunikasi politik. Sebuah langkah diambil secara strategis oleh pelaku politik untuk mencapai tujuan mereka.

Analisis yang dipaparkan tidak bermaksud untuk menyudutkan pihak tertentu tetapi mencoba menelaah dari helicopter’s perspective. Satu yang jelas, Ganjar terlihat sangat santuy menanggapi sindiran Puan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com