Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Silvanus Alvin
Dosen

Silvanus Alvin adalah dosen di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan penulis buku Komunikasi Politik di Era Digital: dari Big Data, Influencer Relations & Kekuatan Selebriti, Hingga Politik Tawa.

Di Balik Sikap "Santuy" Ganjar Tanggapi Sindiran Puan

Kompas.com - 18/02/2022, 09:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BAGI masyarakat umum, Pilpres 2024 masih jauh sekali. Namun, bagi para politisi, kini sudah saatnya mereka bermanuver.

Salah satu yang menarik perhatian adalah drama antara Ketua DPR Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Gesekan yang melibatkan sesama anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (P-DIP).

Drama dimulai ketika Puan melontarkan sindiran tentang kepala daerah yang tidak menyambut dirinya saat kunjungan ke daerah. Awalnya hal tersebut masih tidak jelas siapa yang disindir, tetapi pada akhirnya Ketua DPC PDI-P Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengemukakan bahwa yang disindir adalah Ganjar.

Baca juga: Jalan Terjal Ganjar Raih Tiket Capres dari PDI-P, Disindir Puan hingga Dianggap Sok Pintar

Saat dikonfirmasi para wartawan, Ganjar seakan tidak terlalu menanggapi serius sindiran tersebut.

“Siap nanti kalau (Puan Maharani) ke Jawa Tengah, saya sambut paling depan," kata Ganjar yang lantas tertawa, Minggu (13/2/2022), seperti ditayangkan Kompas TV.

Mengapa Ganjar tampak begitu santai (santuy) menyikapi sindiran Puan?

 

Setidaknya ada empat alasan dalam keilmuan komunikasi politik yang dapat menjelaskan hal tersebut.

Tidak mengangap penting

Pertama, sindiran Puan tidak dianggap penting oleh Ganjar. Dalam buku How Political Actors Use the Media (2017), tiga peneliti komunikasi politik asal Hebrew University (Alon Zoizner, Yair Fogel-Dror dan Tamir Sheafer) menulis satu bab yang berjudul "When Politicians React to the Media: How the Attitudes and Goals of Political Elites Moderate the Effect of the Media on the Political Agenda".

Mereka membahas bahwa seorang politisi memiliki keterbatasan sehingga tidak semua isu perlu direspons (hlm. 148).

Setiap politisi memiliki agenda masing-masing. Terkadang agenda individu politisi bisa sejalan dengan agenda partai dan sebaliknya bisa jadi agendanya tidak selaras. Politisi yang memiliki satu agenda tertentu akan fokus untuk memenuhi agenda tersebut, dan isu yang dapat menghambat upaya pemenuhan agenda akan dikesampingkan. Artinya, ada seleksi ketat terhadap isu yang hendak ditanggapi.

Sikap ‘biasa saja’ yang ditunjukkan Ganjar merupakan strategi komunikasi politik yang diambilnya. Ia tidak mau terjebak dalam pusaran isu yang dapat mengaburkan agenda politiknya.

Apabila Ganjar menyikapi berlebihan sindiran Puan, besar kemungkinan isu ini akan jadi ‘makanan’ media. Ketika sebuah isu tidak dalam kontrol politisi, maka terbuka peluang isu tersebut menjadi bola liar yang menyudutkan. Pada akhirnya, Ganjar bisa saja kewalahan menghadapai isu itu.

Ketua DPP PDI-P yang juga Ketua DPR RI Puan Maharani usai rapat koordinasi dengan kader PDI-P Sulut, di Luwansa Hotel, Manado, Rabu (9/2/2022) pukul 14.40 Wita. Tampak Puan diajak berfoto oleh kader PDI-P saat akan meninggalkan ruang rapat konsolidasi.KOMPAS.com/SKIVO MARCELINO MANDEY Ketua DPP PDI-P yang juga Ketua DPR RI Puan Maharani usai rapat koordinasi dengan kader PDI-P Sulut, di Luwansa Hotel, Manado, Rabu (9/2/2022) pukul 14.40 Wita. Tampak Puan diajak berfoto oleh kader PDI-P saat akan meninggalkan ruang rapat konsolidasi.
Zoizner, Fogel-Dror, dan Sheafer (2019, hlm. 150-151) juga memaparkan pola pikir politisi dibagi dalam dua kutub ketika merespon sebuah isu, yakni politisi melihat dirinya sebagai perwakilan partai atau politisi sebagai pewakilan rakyat.

Bila melihat diri sebagai perwakilan partai, respon politisi akan diupayakan maksimal dapat memberi dampak positif terhadap partai. Sebaliknya, sebagai perwakilan rakyat, politisi akan berkelakuan dan berkata-kata yang dapat meningkatkan kepercayaan publik pada dirinya.

Berangkat dari hal itu, Ganjar tampaknya menempatkan dirinya sebagai perwakilan rakyat, bukan wakil partai.

Pilihan jadi populis

Kedua, sikap Ganjar boleh jadi terkait dengan populisme. Buku The Psychology of Political Communicators: How Politicians, Culture, and the Media Construct and Shape Public Discourse (2019) yang ditulis oleh Michael Hameleers, peneliti dari the Amsterdam School of Communication Research (ASCoR) membahas tentang hal ini.

Hameleers menulis tiga ide utama dari populisme adalah menjadikan masyarakat sebagai pusat, anti elite, serta ekslusi sosial kelompok luar (hlm. 81).

Baca juga: Drama Puan Maharani Vs Ganjar Pranowo, Siapa Lebih Diuntungkan?

Ganjar boleh jadi berusaha menunjukkan dirinya populis. Dalam hal memprioritaskan masyarakat, dapat dilihat dari Ganjar yang lebih memilih rapat dengan Presiden Jokowi untuk membahas pandemi covid-19. Pembahasan mengenai Covid-19 lebih berdampak pada masyarakat daripada acara Puan dalam peresmian pasar di Solo.

Kemudian, sindiran Puan didominasi dengan ide bahwa dirinya kecewa tidak disambut kepala daerah. Pernyataan tersebut menempatkan anak dari Megawati Soekarnoputri tersebut sebagai kaum elite. Dari ucapan tersebut, Puan membuat jurang pemisah bahwa ia tidak sama dengan rakyat biasa. Dengan tidak hadir menyambut Puan, rakyat dengan sendirinya bisa mengasosiasikan Ganjar sebagai anti elite.

Terkait ekslusi sosial belum bisa kita lihat, karena Ganjar mengaku siap menyambut seandainya Puan kembali kunjungan ke wilayah Jawa Tengah. Namun, apakah itu sebatas kata-kata belaka atau janji, hanya Ganjar dan Tuhan yang tahu. Di saat bersamaan, ekslusi sosial secara halus ditunjukkan oleh para pundit politik serta simpatisan Ganjar yang secara umum menyebut Puan berkelakuan feodal.

Counter-imaging

Ketiga, sebuah jurnal penelitian yang ditulis Craig, Rippere, dan Grayson (2014) berjudul Attack and Responses in Political Campaigns: An Experimental Study in Two Parts, menjelaskan ada lima gaya berbeda yang dapat diterapkan politisi ketika mendapat serangan politik: menyangkal (denial), menyerang balik (counter-attack), menanggapi isu dengan memberi bingkai alternatif (counter-imaging), mencari pembenaran (justification), dan menilai serangan sebagai fitnah (saying the negative campaign as mudslinging).

Dari lima gaya di atas, Ganjar bisa dilihat termasuk sebagai politisi yang menerapkan counter-imaging. Ia berusaha untuk memberi bingkai berbeda bahwa dirinya akan tetap menyambut Ketua DPR perempuan pertama di Indonesia itu. Ada sisi tertentu dari Ganjar, yang berusaha untuk menetralkan ketegangan dengan Puan.

Punya basis fans

Keempat, fakta bahwa Ganjar memiliki modal ‘selebriti’ membuat sindiran yang ditujukan padanya tidak memberi efek apapun. Modal yang dimaksud adalah basis fans yang Ganjar miliki di media sosial.

Di YouTube, Ganjar memiliki 1,23 juta subscribers dan di Instagram terdapat 4,4 juta pengikut (per 17 Februari 2022). Berbeda dengan Puan, yang sejauh penulis cari tidak ada akun YouTube dan di Instagram hanya memiliki pengikut 609 ribu (per 17 Februari 2022).

Professor Komunikasi Politik dari University Antwerp, Peter Van Aelst dan Stefaan Walgrave dalam jurnal berjudul Information and Arena: The Dual Function of the News Media for Political Elites (2016) menulis bahwa politisi memiliki posisi berbeda dalam mempengaruhi suatu proses ataupun isu politik tergantung modal medianya (akses pada media, popularitas di media, serta publik pengikut di era media sosial).

Dengan demikian, ada kecenderungan ucapan atau dalam konteks ini sindiran Puan, tidak akan terlalu memengaruhi basis fans atau pengikut Ganjar. Sehingga wajar Ganjar menanggapi santai sindiran tersebut.

Berangkat dari empat kemungkinan alasan di atas yang dibangun dari dasar teoretis, dapat disimpulkan bahwa satu isu atau peristiwa politik memiliki kedalaman kajian komunikasi politik. Sebuah langkah diambil secara strategis oleh pelaku politik untuk mencapai tujuan mereka.

Analisis yang dipaparkan tidak bermaksud untuk menyudutkan pihak tertentu tetapi mencoba menelaah dari helicopter’s perspective. Satu yang jelas, Ganjar terlihat sangat santuy menanggapi sindiran Puan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com