Sesuai takdirnya, dua kekuatan ini tidak akan saling menegasikan. Jika itu terjadi, alam akan memberi isyarat soal ancaman serius atas NKRI.
Mereka bergandengan tangan atas dasar cinta Tanah Air alias "hubbul wathon." Persis Kahlil Gibran, "Cinta adalah suatu cahaya magis yang bersinar dari kedalaman perasaan manusia dan menyinari sekelilingnya. Engkau lihat dunia sebagai perjalanan menuju taman hijau...ditegakkan di antara kesadaran."
Dalam aksioma Sigmund Freud, saling balas kata antara Megawati dan Gus Yahya memiliki kekuatan magis. Kata-kata mereka bisa membawa kebahagiaan terbesar... ; mereka dapat mentransfer pengetahuan, seperti guru dengan siswa. Kata-kata memungkinkan orator memengaruhi pendengarnya dan mendikte keputusannya. Kata-kata mampu membangkitkan emosi terkuat dan mendorong semua tindakan."
Dalam konteks pergulatan Indonesia mutakhir, di mana sejumlah unsur non-indigenous menginfiltrasi kehidupan bangsa, Megawati menangkap isyarat. Ia membaca. Ia merenungi. Ia memberi permakluman.
Untuk mereka yang memiliki tendensi tertentu atas keutuhan NKRI, ia seakan-akan ingin mengatakan, "Jangan ganggu NKRI. PDI Perjuangan punya huhungan sangat dekat dengan Nahdlatul Ulama dan selalu beriringan."
Dengan menggunakan tradisi NU yang sangat kuat memegang sanad dan riwayat, Megawati menegaskan kedekatan itu juga dengan mengenang riwayat dan sanad kedekatan ayahnya, Presiden pertama RI, Soekarno dengan sejumlah para muassis seperti KH Hasyim Asyari, KH Abdul Wahab Chasbullah, hingga sejumlah kiai, pendiri, serta penggerak NU lain.
"Saya tidak akan pernah lupa, selalu ingat," kata Megawati.
"Bung Karno diberi gelar oleh Nahdlatul Ulama, yaitu Waliyul Amri Ad Dharuri Bi As Syaukah, gelar yang merupakan dukungan besar warga Nahdliyin pada kepemimpinan beliau yang disahkan dalam Muktamar Nahdlatul Ulama di Surabaya pada tahun 1954. Sampai sekarang, gelar tersebut tidak pernah dicabut," katanya.
Megawati berjanji akan meneruskan keakraban Soekarno dengan para tokoh-tokoh NU tersebut.
Bagi sementara orang arif, konstatasi Megawati akan dimaknai sebagai sebuah fatwa atau wasiat.
Dan sebagai salah seorang pinisepuh bangsa, pernyataan Megawati bisa diartikan sebagai wasiat orang tua kepada anak-anaknya, bangsa Indonesia.
Secara spesifik, bagi warga PDI Perjuangan, itu merupakan fatwa yang mengikat komitmen mereka demi keutuhan NKRI.
Ia mengamanatkan seluruh kadernya untuk selalu dekat dengan warga NU. Bahkan menurut dia, berbagai ancaman bangsa bisa diatasi bila PDI Perjuangan senantiasa berjalan beriringan dengan NU.
"Karena saya sangat yakin, jika PDI Perjuangan dapat terus berjalan beriringan dengan NU, maka segala ancaman kebangsaan kita pasti bisa diatasi. Hal tersebut tentunya juga dapat menciptakan hal-hal baik yang luar biasa, pada saat ini dan tentunya di masa yang akan datang," kata Megawati.