Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Ma'ruf Tegaskan Indonesia tak Boleh Jadi Bangsa Pengekor

Kompas.com - 12/02/2022, 15:17 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin berharap Indonesia dapat menjadi bangsa yang produktif dalam menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Hal itu disampaikannya saat menghadiri acara Wisuda Periode VII Universitas Brawijaya secara daring pada Sabtu (12/2/2022).

"Saya ingin menyampaikan beberapa pesan kepada para wisudawan Universitas Brawijaya. Pertama, bangsa pencipta adalah bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan baik," ujar Ma'ruf.

Ditegaskan pula bahwa teknologi tersebut adalah alat sehingga semakin besar kekuatan sebuah alat, makin besar pula potensi manfaat dan petaka yang dapat ditimbulkannya.

Baca juga: Teknologi dan Kualitas Pendidikan Jadi Prioritas pada G20

Oleh karenanya, Ma'ruf berpesan agar para alumni dapat memahami dengan baik bahasa kemajuan tersebut agar membawa kemanfaatan sehingga Indonesia tidak hanya jadi bangsa pengekor.

Pesan kedua, wakil presiden mengutip ujaran filsuf Yunani Herakleitos bahwa 'Change is the only constant in life' yang berarti perubahan akan selalu terjadi, bahkan kemungkinan akan makin intensif.

"Sehingga inovasi menjadi satu-satunya kesempatan terbaik untuk memitigasi perubahan. Gunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai untuk ciptakan inovasi tiada henti," tegas Ma'ruf.

Baca juga: Maruf Amin Sebut MUI Ujung Tombak Indonesia Jadi Pusat Industri Halal

Pesan ketiga, para wisudawan dan wisudawati terus membekali kemampuan diri dengan kapasitas kewirausahaan.

"Ilmu pengetahuan dan inovasi akan memiliki efek yang luar biasa bagi perubahan masyarakat apabila dikaitkan dengan dunia usaha," tuturnya.

"Kewirausahaan akan menjadi medium inovasi untuk memproduksi komoditas dan membuka lapangan kerja. Itulah bahan baku utama kesejahteraan," lanjut Ma'ruf.

Menurutnya, esensi wisuda adalah peralihan dari proses mengumpulkan pengetahuan menjadi menyebarkan keberkahan.

Sehingga para alumni hendaknya jangan pernah berhenti menjadi manusia pembelajar.

"Sebaik-baik ilmu terpantul dari teladan perbuatan yang terus mengalir untuk kebeningan hidup bersama, bukan semata memberikan kesejahteraan bagi pribadi dan keluarga," katanya.

Baca juga: Wapres Soroti Jumlah Peneliti Indonesia yang Jauh di Bawah Negara Lain

Tidak ketinggalan Ma'ruf mengungkapkan lima karakter pokok dari negara yang berhasil memadukan pengembangan teknologi dan kelembagaan yang inklusif.

Pertama, sumber daya manusianya adalah pencipta, bukan pengekor. Kedua, pendidikan formal dan informal ditujukan untuk menambah stok pengetahuan dan keterampilan, bukan semata mengejar gelar kesarjanaan. "Ini terbukti dalam praktik di lapangan," katanya.

Karakter ketiga adalah insentif kelembagaan inovasi dalam jumlah besar, baik pada lingkup negara, korporasi, maupun komunitas.

Keempat, alokasi dan jenis kegiatan di dalam mata anggaran publik dirombak supaya menghasilkan inovasi, bukan sekadar bersandarkan kepada norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK).

Karakter kelima, lanjut Ma'ruf, institusi pendidikan dan riset menjadi jangkar ekonomi.

Baca juga: Unila Inovasi Produk Air Minum Isi Ulang, Istimewanya di Teknologi RO

Institusi pendidikan memimpin dan mendorong arah pembangunan ekonomi.

"Tepat pada titik inilah pekerjaan rumah transformasi ekonomi menanti Indonesia," ucap Ma'ruf.

Namun, Ma'ruf mengakui bahwa data menunjukkan jumlah peneliti di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara lain.

"Jumlah peneliti setara penuh waktu per satu juta jiwa penduduk di Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 216 orang," ungkap Wapres.

Bila dibandingkan dengan China dan Rusia jumlah penelitinya masing-masing sebanyak 1.307 dan 2.784 per satu juta jiwa penduduk pada tahun yang sama.

Baca juga: Dosen UI Jadi Satu-satunya Peneliti Indonesia yang Raih Penghargaan EYRA

Indonesia tertinggal jauh dibanding ketersediaan peneliti di Jepang dan Korea Selatan, yakni berurutan sebanyak 5.331 dan 7.980 berdasarkan UNESCO Institute for Statistics periode 2016–2018.

"Demikian pula, ketersediaan ilmuwan dan insinyur yang diketahui dari persentase lulusan pendidikan tinggi di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) di Indonesia juga masih rendah," katanya.

Persentase lulusan bidang STEM di Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 19,42 persen. Situasi ini tergolong rendah dibandingkan negara anggota G20 lainnya, seperti India dan Rusia pada tahun 2018 berurutan sebanyak 32,65 persen dan 31,06 persen berdasarkan Education Statistics World Bank 2016–2018.

Kondisi tersebut yang menjadi penyebab jumlah paten di Indonesia juga belum banyak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com