JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyoroti sedikitnya jumlah peneliti di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain.
Menurut Ma'ruf, jumlah peneliti yang sedikit jadi pekerjaan rumah bagi Indonesia untuk melakukan transformasi ekonomi.
"Pada titik inilah pekerjaan rumah transformasi ekonomi tengah menanti di Indonesia. Data menunjukkan, jumlah peneliti di Indonesia masih sangat rendah dibanding negara lain," kata Ma'ruf dalam acara Seminar Nasional Indonesia Economic Outlook 2022, Senin (7/2/2022).
Ma'ruf menyebutkan, berdasarkan data UNESCO Institue for Statistics tahun 2016-2018, jumlah peneliti setara penuh waktu per satu juta penduduk di Indonesia hanya sebanyak 216 pada tahun 2018.
Baca juga: Jokowi-Maruf Amin Akan Hadiri Pengukuhan Pengurus PBNU di Kaltim
Jumlah tersebut jauh tertinggal dengan Cina (1.307), Rusia (2.784), Jepang (5.331), dan Korea Selatan (7.980).
Ia melanjutkan, ketersediaan ilmuan dan insinyur yang diketahui dari persentase lulusan pendidikan tinggi di bidang saing, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) di Indonesia juga masih rendah.
Education Statistics World Bank 2016-2018, persentase lulusan bidang STEM di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 18,62 persen; 2017 sebanyak 18,55 persen; dan 2018 meningkat menjadi 19,42 persen.
"Situasi ini tergolong rendah dibandingkan negara anggota G20, seperti India dan Rusia pada tahun 2018 berurutan sebanyak 32,65 persen dan 31,06 persen," kata Ma'ruf.
Menurut Ma'ruf, kondisi itulah yang menyebabkan jumlah paten di Indonesia belum banyak yakni 1.309 paten pada tahun 2020, jauh tertinggal dengan negara-negara lain seperti Brasil (5.280), India (23.141), Amerika Serikat (269.586), dan Cina (1.344.817).
"Implikasi dari faktor-faktor tersebut menyebabkan inovasi belum menjadi praktik keseharian dalam banyak lapangan kehidupan, khususnya di bidang ekonomi," kata Ma'ruf.
Baca juga: Wapres Minta Jumlah Mal Pelayanan Publik di Sulawesi Selatan Diperbanyak
Berdasarkan laporan Global Innovation Index (GII) 2021 yang dirilis oleh The World Intellectual Property Organization (WIPO), Indonesia menempati peringkat empat terbawah negara inovatif di Asia Tenggara.
"Padahal slogan populer hari ini adalah inovasi atau mati," ujar Ma'ruf.
Dengan kondisi di atas, kata Ma'ruf, salah satu yang wajib didorong ke depan adalah peningkatan pengeluaran domestik bruto untuk penelitian dan pengembangan atau research and development.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.