Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Raden Muhammad Mihradi
Dosen

Direktur Pusat Studi Pembangunan Hukum Partisipatif
dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Pakuan.

Yatim Piatu Keteladanan

Kompas.com - 02/02/2022, 07:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANYAK heroik pendiri bangsa kita, yang memiliki perbedaan pandangan dalam prinsip dan gagasan, namun berlimpah kemuliaan keakraban peradaban.

Soekarno dan Hatta, misalnya, bukan figur yang selalu sepaham. Tidak seperti parlemen kita yang kerap diasosiasikan senyap perbedaan dengan pemerintah, misalnya.

Soekarno dan Hatta kerap berdebat keras. Dalam pelbagai hal. Entah itu ide hak asasi manusia. Maupun soal bagaimana relasi negara dan warga.

Namun, perbedaan dan perdebatan tidak lantas mereka bermusuhan. Saling caci maki.

Atau telisik kekurangan untuk mempermalukan di publik. Bahkan, saling tengok ketika sakit. Berkirim surat di tengah tak sejalan dalam pemerintahan.

Hari ini kita malah banyak diajarkan hal-hal yang bukan teladan buat masa depan. Politik transaksional.

Politisi yang dikarbit hanya untuk melegalisasi kepentingan. Berlimpah politisi berujung pada oknum---yang tidak sedikit---terkena kasus korupsi atau gugatan publik karena kata dan perilaku jauh dari peradaban.

Kita malah mengalami kemiskinan negarawan. Sosok yang sudah selesai dengan urusan pribadi.

Sibuk mengayomi publik dengan mata air solidaritas dan kasih sayang. Untuk mewujudkan cita-cita Pembukaan UUD 1945, adil makmur, sejahtera lahir batin.

Tak heran jika pendiri bangsa ini menuliskan lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya dimulai dengan kata jiwa terlebih dahulu dibangun, baru fisik.

“...bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya”.

Rupanya pendiri negara kita sudah melampaui zaman. Jika yang dibangun fisik terlebih dahulu, maka korupsi proyek-proyek infrastruktur menjadi sesuatu yang lumrah.

Namun jika jiwa yang dibangun, maka timbul komitmen pada nilai untuk berpikir panjang ke depan. Tidak mau menggadaikan generasi akan datang oleh korupsi sesaat.

Pendidikan nilai

Dugaan berat terperosoknya bangsa ini dalam kerumitan tiada berakhir karena kita tidak tuntas melembagakan pendidikan nilai.

Kita biasa terhibur dengan pidato, debat kusir, dan viral media sosial yang longsor ide-ide besar soal bagaimana bangsa ini hendak dibawa.

Kita tidak terbiasa mengapresiasi nilai. Kita kehilangan sosok seperti Almarhum Mantan Kapolri Hoegeng yang mampu menolak hadiah dengan kalimat yang intinya memang tugas polisi melayani rakyat.

Mungkin, karena semua media, memuja-muja dan membiasakan glamor kekayaan, meski tidak pernah mempertanyakan dari mana kekayaan itu berasal?

Lalu sibuk merendahkan orang yang punya integritas hanya karena patokannya sekadar besaran pendapatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Profil Mayjen Dian Andriani, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama TNI AD

Profil Mayjen Dian Andriani, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama TNI AD

Nasional
Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga Dilarang Beraktivitas hingga Radius 7 Kilometer

Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga Dilarang Beraktivitas hingga Radius 7 Kilometer

Nasional
Anies Mau Istirahat Usai Pilpres, Refly Harun: Masak Pemimpin Perubahan Rehat

Anies Mau Istirahat Usai Pilpres, Refly Harun: Masak Pemimpin Perubahan Rehat

Nasional
Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com