Tonang mengatakan, ada beberapa alasan yang membuatnya menduga varian Omicron sudah masuk Indonesia.
Baca juga: Hadapi Omicron, Semua Negara Diimbau Gencarkan 3 Langkah Antisipatif
Pertama, sebagian besar kasus karena Omicron tanpa atau hanya gejala ringan, seperti juga laporan dari Afrika Selatan dan beberapa negara lain yang sudah melaporkan kasusnya.
Kedua, jumlah tes PCR Indonesia yang masih di bawah ambang, meskipun rata-rata tes dilaporkan antara 180-200 ribu per hari.
"Tapi yang banyak itu tes antigen, sekarang PCR tinggal sekitar 15 persen saja dari total tes. Rata-rata sekitar 30 ribu/hari," kata Tonang.
Tonang mengatakan, tes antigen memang masih bisa mendeteksi Omicron, karena targetnya protein N, bukan protein S.
"Tapi tes antigen itu baru positif bila viral load tinggi. Kalau sudah menurun, PCR yang tepat untuk mendeteksinya," kata Tonang.
Terkait sekuensing untuk mendeteksi varian Omicron, Tonang mengatakan, sekuensing hanya dilakukan bila ada indikasi awal.
Indikasi pertama adalah jika ditemukan kasus infeksi dengan ct value sangat rendah, yang berarti viral load tinggi.
"Pertama bila didapatkan kasus dengan ct value rendah sekali yang berarti viral load tinggi. Padahal terdeteksinya kasus perlu PCR dan bila terpaksa dengan tes antigen lebih dulu," kata Tonang.
Indikasi kedua, yakni jika terjadi S gene target failure (SGTF) pada tes deteksi Covid-19 yang memiliki target gen S.
Baca juga: Ahli Menduga Omicron Sudah Masuk Indonesia, Ini Penjelasannya
"Artinya, PCR mendeteksi 2 target gen lain, tapi target S nya justru negatif. Bila ketemu demikian, curiga kuat bahwa virusnya mengalami mutasi. Tidak pasti varian apa, tapi Omicron salah satu kemungkinannya," jelas Tonang.
Tonang mengatakan, saat ini lebih dari 85 persen kit PCR di Indonesia tidak menggunakan gen S sebagai target, mengingat memang rentan bermutasi. Menurutnya, yang rata-rata ditargetkan adalah gen N, E, RdRp, Orf1b dan Helicase.
"Jadi dengan menarget selain S, maka justru kita tetap bisa mendeteksi adanya virus SARS-CoV- 2. Hanya kita tidak tahu apakah itu masih seperti virus awal, atau sudah varian, serta varian mana. Itu yang tidak diketahui kalau tidak dilakukan sekuensing," jelas dia.
Berdasarkan laman resmi Kemenkes vaksin.kemkes.go.id, hingga Selasa kemarin pukul 18.00 WIB tercatat 100.033.810 orang atau 48,03 persen orang yang sudah divaksinasi Covid-19 dosis kedua.
Sedangkan, jumlah orang yang sudah disuntik vaksin dosis pertama sebanyak 143.489.448 orang atau 68,90 persen.
Pemerintah menetapkan sasaran vaksinasi yaitu 208.265.720 orang.
Sasaran vaksinasi itu terdiri atas tenaga kesehatan, lanjut usia petugas publik, masyarakat rentan, dan masyarakat umum termasuk anak-anak usia 12-17 tahun.
Adapun, sasaran vaksinasi untuk lansia masih terus didorong agar mencapai target. Saat ini, tercatat 11.951.513 (55,45 persen) orang lansia yang divaksinasi dosis pertama dan 7.729.339 (35,86 persen) orang telah disuntik vaksin Covid-19 dosis kedua.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.