Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UPDATE: Laju Penularan Covid-19 di Titik Rendah, Omicron Diduga Sudah Ada di RI

Kompas.com - 08/12/2021, 07:22 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melalui Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 melaporkan, per Selasa (7/12/2021) ada 261 penambahan kasus baru Covid-19.

Dengan demikian, total kasus Covid-19 kini mencapai 4.258.076.

Adapun 261 kasus baru Covid-19 tersebut diperoleh setelah dilakukan pemeriksaan spesimen sebanyak 375.878 yang diambil dari 281.032 orang.

Sementara itu, ratusan kasus baru Covid-19 tersebut tersebar di 25 provinsi dan tercatat lima provinsi dengan penambahan kasus tertinggi.

Kelima provinsi itu yakni Jawa Barat (59 kasus baru), Jawa Timur (36 kasus baru), DKI Jakarta (31 kasus baru), Jawa Tengah (17 kasus baru) dan Nusa Tenggara Timur (17 kasus baru).

Satgas juga melaporkan, total kasus sembuh dari Covid-19 mencapai 4.108.717. Selain itu, total kasus kematian kini mencapai 143.893.

Penurunan laju penularan

Kementerian Kesehatan menyebutkan, laju penularan Covid-19 dalam beberapa hari terakhir berada di titik rendah.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kasus Covid-19 mengalami penurunan antara 200-300 per hari. Sedangkan, kasus kematian Covid-19 rata-rata 10 orang.

"Jadi kalau kita lihat laju penularan sudah sangat rendah," kata Nadia dalam diskusi secara virtual, Selasa.

Baca juga: Kemenkes: Laju Penularan Covid-19 Berada di Titik Rendah Meski demikian, Nadia meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan lantaran varian Delta masih mendominasi bahkan sudah memiliki 23 mutasi.

Artinya penting kita tidak lengah untuk protokol kesehatan tetap batasi mobilitas," ujarnya.

Nadia mengatakan, masuknya varian baru virus Corona AY.4.2 atau Delta Plus dan B.1.1.529 atau Omicron di Indonesia bergantung pada perilaku masyarakat dalam menekan penularan Covid-19.

"Maka patuhi prokes dan segerakan vaksinasi Covid-19, kalau kita jalankan prokes dengan baik maka virus tidak akan menemukan hostnya untuk berkembang," ucapnya.

Varian omicron

Sementara itu, ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto menduga varian Omicron sudah masuk Indonesia.

"Pendapat saya: sudah. Penyebaran sudah sedemikian luas di banyak negara sejak dari laporan awalnya. Laporan awal itu pun sebenarnya kasusnya sudah terjadi setidaknya 2 pekan sebelumnya," kata Tonang kepada Kompas.com, Selasa.

Varian Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021. Kemudian, pada 26 November, WHO menetapkan Omicron sebagai variant of concern (VoC).

Tonang mengatakan, ada beberapa alasan yang membuatnya menduga varian Omicron sudah masuk Indonesia.

Baca juga: Hadapi Omicron, Semua Negara Diimbau Gencarkan 3 Langkah Antisipatif

Pertama, sebagian besar kasus karena Omicron tanpa atau hanya gejala ringan, seperti juga laporan dari Afrika Selatan dan beberapa negara lain yang sudah melaporkan kasusnya.

Kedua, jumlah tes PCR Indonesia yang masih di bawah ambang, meskipun rata-rata tes dilaporkan antara 180-200 ribu per hari.

"Tapi yang banyak itu tes antigen, sekarang PCR tinggal sekitar 15 persen saja dari total tes. Rata-rata sekitar 30 ribu/hari," kata Tonang.

Tonang mengatakan, tes antigen memang masih bisa mendeteksi Omicron, karena targetnya protein N, bukan protein S.

"Tapi tes antigen itu baru positif bila viral load tinggi. Kalau sudah menurun, PCR yang tepat untuk mendeteksinya," kata Tonang.

Terkait sekuensing untuk mendeteksi varian Omicron, Tonang mengatakan, sekuensing hanya dilakukan bila ada indikasi awal.

Indikasi pertama adalah jika ditemukan kasus infeksi dengan ct value sangat rendah, yang berarti viral load tinggi.

"Pertama bila didapatkan kasus dengan ct value rendah sekali yang berarti viral load tinggi. Padahal terdeteksinya kasus perlu PCR dan bila terpaksa dengan tes antigen lebih dulu," kata Tonang.

Indikasi kedua, yakni jika terjadi S gene target failure (SGTF) pada tes deteksi Covid-19 yang memiliki target gen S.

Baca juga: Ahli Menduga Omicron Sudah Masuk Indonesia, Ini Penjelasannya

"Artinya, PCR mendeteksi 2 target gen lain, tapi target S nya justru negatif. Bila ketemu demikian, curiga kuat bahwa virusnya mengalami mutasi. Tidak pasti varian apa, tapi Omicron salah satu kemungkinannya," jelas Tonang.

Tonang mengatakan, saat ini lebih dari 85 persen kit PCR di Indonesia tidak menggunakan gen S sebagai target, mengingat memang rentan bermutasi. Menurutnya, yang rata-rata ditargetkan adalah gen N, E, RdRp, Orf1b dan Helicase.

"Jadi dengan menarget selain S, maka justru kita tetap bisa mendeteksi adanya virus SARS-CoV- 2. Hanya kita tidak tahu apakah itu masih seperti virus awal, atau sudah varian, serta varian mana. Itu yang tidak diketahui kalau tidak dilakukan sekuensing," jelas dia.

Cakupan vaksinasi Covid-19

Berdasarkan laman resmi Kemenkes vaksin.kemkes.go.id, hingga Selasa kemarin pukul 18.00 WIB tercatat 100.033.810 orang atau 48,03 persen orang yang sudah divaksinasi Covid-19 dosis kedua.

Sedangkan, jumlah orang yang sudah disuntik vaksin dosis pertama sebanyak 143.489.448 orang atau 68,90 persen.

Pemerintah menetapkan sasaran vaksinasi yaitu 208.265.720 orang.

Sasaran vaksinasi itu terdiri atas tenaga kesehatan, lanjut usia petugas publik, masyarakat rentan, dan masyarakat umum termasuk anak-anak usia 12-17 tahun.

Adapun, sasaran vaksinasi untuk lansia masih terus didorong agar mencapai target. Saat ini, tercatat 11.951.513 (55,45 persen) orang lansia yang divaksinasi dosis pertama dan 7.729.339 (35,86 persen) orang telah disuntik vaksin Covid-19 dosis kedua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com