Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Varian Omicron Belum Terdeteksi di Indonesia? Ini Kata Epidemiolog

Kompas.com - 06/12/2021, 10:02 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Varian baru virus Corona B.1.1.529 atau Omicron sudah terdeteksi di tiga negara tetangga Indonesia yaitu Singapura, Malaysia dan Australia.

Bahkan, Malaysia melaporkan lebih dahulu mendeteksi varian Omicron di negaranya dibandingkan Afrika Selatan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan varian ini sebagai variant of concern (VoC) atau varian yang menyebabkan peningkatan penularan dan kematian serta dapat mempengaruhi efektivitas vaksin.

Lantas, kenapa varian Omicron belum terdeteksi di Tanah Air?

Ahli epidemiologi Indonesia di Griffith University Dicky Budiman mengatakan, varian Omicron ini ditemukan di Afrika Selatan karena negara tersebut memiliki surveilans genomik yang baik.

Surveilans genomik merupakan upaya pelacakan dan pemantauan genom virus corona untuk mencegah meluasnya penyebaran virus.

Baca juga: Menjelang Libur Nataru Muncul Varian Baru Omicron, Ada Apa?

Menurut Dicky, varian tersebut kemungkinan sudah masuk ke Indonesia bila surveilans genomik yang dilakukan melalui laboratorium Whole Genome Sequencing (WGS) lebih banyak.

"Kita juga harus menyadari surveilans genomik kita itu juga relatif lemah dengan 0,2 persen dari total kasus yang ada terus di-squencing, sehingga kemampuan kita dalam mendeteksi varian ini, memahami keberadaan varian ini, sangat kurang," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (6/12/2021).

Dicky meminta agar surveilans genomik yang dilakukan pemerintah dapat mencapai 1 persen atau sama seperti Afrika Selatan 0,8 persen.

Dengan demikian, pemerintah memiliki gambaran mengenai kondisi varian baru Corona di Tanah Air.

"Ini yang harus ditingkatkan, sehingga kalau mengklaim enggak ada (varian virus di Indonesia) tapi juga surveilans dikisaran 1 persen atau sama seperti Afsel 0,8 persen tentu akan juga lebih memiliki argumen yang kuat," ujarnya.

Baca juga: Setelah Omicron, Apa Lagi?

Dicky mengatakan, masuknya varian Omicron di Indonesia hanya menunggu waktu sama halnya saat varian Delta, Beta dan Alpha.

Sebab, kata dia, pergerakan pelaku perjalanan internasional sangat aktif dan cepat.

Selain itu, menurut Dicky, meski Indonesia berupaya mengurangi risiko masuknya varian baru tersebut dengan menerapkan entry test dan exit test bagi pelaku perjalanan internasional.

Namun, hal tersebut, menurut dia, tidak menjadi jaminan penularan virus dapat ditekan.

"Sebab kita ingat ini (entry test dan exit test) pun enggak jadi jaminan karena masa karantina kita sebelumnya tidak 7 hari atau 10 hari, tetapi 5 hari ke bawah," tuturnya.

Lebih lanjut, Dicky mengatakan, dalam kondisi saat ini, pemerintah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan varian Omicron dengan menguatkan respons terhadap pemeriksaan (testing), pelacakan kontak erat (tracing) dan perawatan (treatment), protokol kesehatan dan vaksinasi.

Baca juga: Bagaimana Persiapan Kemenkes jika Kasus Omicron Terdeteksi di Indonesia?

"Dan khusus untuk masyarakat kita ingatkan kalau kita abai masker, abai jaga jarak, enggak mau divaksin, ya ini akan merugikan kita sendiri dan hadirnya varian-varian yang super bahkan ini belum tentu yang terakhir varian omicron ini, bisa ada yang lebih berat lagi kalau kita abai," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Wapres: Kalau Keluarga Baik, Bangsa Indonesia Akan Baik

Wapres: Kalau Keluarga Baik, Bangsa Indonesia Akan Baik

Nasional
Kekuatan Oposisi Masih Tetap Dibutuhkan...

Kekuatan Oposisi Masih Tetap Dibutuhkan...

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, PKB Pastikan Tak Bakal Rusak Soliditas Koalisi Indonesia Maju

Dukung Prabowo-Gibran, PKB Pastikan Tak Bakal Rusak Soliditas Koalisi Indonesia Maju

Nasional
Senada dengan Nasdem, PKB Anggap Hak Angket Kecurangan Pemilu Kian Sulit Diwujudkan

Senada dengan Nasdem, PKB Anggap Hak Angket Kecurangan Pemilu Kian Sulit Diwujudkan

Nasional
Usai Dukung Prabowo-Gibran, Nasdem dan PKB Bilang Timnas Amin ‘Bubar’

Usai Dukung Prabowo-Gibran, Nasdem dan PKB Bilang Timnas Amin ‘Bubar’

Nasional
MK Sidangkan Sengketa Pileg 2024 Mulai 29 April, Sehari Puluhan Perkara

MK Sidangkan Sengketa Pileg 2024 Mulai 29 April, Sehari Puluhan Perkara

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PKS: Pak Surya Paling Cantik Bermain Politik

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PKS: Pak Surya Paling Cantik Bermain Politik

Nasional
Penghormatan Terakhir PDI-P untuk Tumbu Saraswati...

Penghormatan Terakhir PDI-P untuk Tumbu Saraswati...

Nasional
Idrus Sebut Ada Posisi Strategis yang Ditawarkan jika Jokowi Masuk Golkar; Ketua Umum hingga Ketua Dewan Pembina

Idrus Sebut Ada Posisi Strategis yang Ditawarkan jika Jokowi Masuk Golkar; Ketua Umum hingga Ketua Dewan Pembina

Nasional
CSIS: Jumlah Caleg Perempuan Terpilih di DPR Naik, tapi Sebagian Terkait Dinasti Politik

CSIS: Jumlah Caleg Perempuan Terpilih di DPR Naik, tapi Sebagian Terkait Dinasti Politik

Nasional
Cak Imin Titip 8 Agenda Perubahan ke Prabowo, Eks Sekjen PKB: Belum 'Move On'

Cak Imin Titip 8 Agenda Perubahan ke Prabowo, Eks Sekjen PKB: Belum "Move On"

Nasional
CSIS: Caleg Perempuan Terpilih di Pemilu 2024 Terbanyak Sepanjang Sejarah sejak Reformasi

CSIS: Caleg Perempuan Terpilih di Pemilu 2024 Terbanyak Sepanjang Sejarah sejak Reformasi

Nasional
Prabowo-Gibran Disarankan Terima Masukkan Masyarakat saat Memilih Menteri, daripada 'Stabilo KPK'

Prabowo-Gibran Disarankan Terima Masukkan Masyarakat saat Memilih Menteri, daripada "Stabilo KPK"

Nasional
CSIS: Caleg Terpilih yang Terindikasi Dinasti Politik Terbanyak dari Nasdem, Disusul PDI-P

CSIS: Caleg Terpilih yang Terindikasi Dinasti Politik Terbanyak dari Nasdem, Disusul PDI-P

Nasional
MK Registrasi 297 Sengketa Pileg 2024

MK Registrasi 297 Sengketa Pileg 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com