Pandemi Covid-19 di Indonesia belum selesai! Tren kasus Covid-19 di Indonesia memang mengalami penurunan secara signifikan dan berada pada level rendah.
Namun, kita masih harus tetap waspada karena situasi belum tentu sudah benar-benar aman.
Pakar Epidemilogi Griffith University, Dicky Budiman menekankan bahwa kondisi penurunan kasus Covid-19 di Indonesia tidak selalu merefleksikan situasi yang ada.
Menurut pantauan WHO, Indonesia masih masuk kategori kelompok transmisi penularan komunitas (Kompas 15/11/2021).
Artinya, penularan Covid-19 masih ada dan kasusnya banyak terjadi di masyarakat yang sebagian besar belum terdeteksi.
Ini hanya akan menjadi fenomena gunung es dan bukan tidak mungkin lonjakan kasus positif akan terjadi.
Masalah lain, program vaksinasi Covid-19 di Indonesia masih belum maksimal karena populasi masyarakat yang telah mendapatkan vaksin penuh baru berjumlah 34,5 persen.
Presentase penerima vaksin penuh tersebut masih jauh untuk mencapai herd immunity, yaitu sebesar 80 persen.
Mutasi virus bergerak cepat, prokes harus ketat
Alasan lain mengapa kita harus waspada adalah mutasi virus yang bergerak cepat. Setelah varian Beta dan Delta, belum lama terindentifikasi varian baru virus SARS-CoV-2 dari Afrika Selatan, yaitu varian B.1.1.529 atau dikenal dengan varian Omicron.
Pada 26 November 2021, WHO menetapkan varian Omicron sebagai salah satu variant of concern (VoC).
Varian tersebut menyebakan terjadinya peningkatan penularan dan angka kematian akibat Covid-19.
Dilansir dari laman resmi WHO, varian Omicron memang belum bisa dikatakan lebih menular dibandingkan varian lain, termasuk varian Delta.
Namun, jumlah kasus positif Covid-19 akibat tertular varian Omicron terus meningkat di Afrika Selatan dan telah menyebar ke beberapa negara seperti Bostwana, Hongkong, Israel, dan negara lain.
Meskipun varian Omicron belum terdeteksi di Indonesia, bukan berarti penularan tidak mungkin terjadi.