Oleh karena itu, selain menutup akses perjalanan internasional yang dilakukan di level negara, penerapan protokol kesehatan di masyarakat harus diperketat untuk mengantisipasi lonjakan kasus.
Sekali lagi kita sepakat bahwa pandemi Covid-19, khususnya di Indonesia, belum selesai meskipun kasusnya sudah menunjukkan pelandaian yang cukup signifikan.
Selain upaya kuratif, optimalisasi upaya preventif yang telah dilakukan selama ini harus terus digalakkan.
Jika terjadi permasalahan kesehatan, maka dampak buruk akan memengaruhi sektor-sektor penting lain seperti ekonomi, politik, sosial-budaya.
Hidup berdampingan dengan Covid-19
Merujuk pada hal ini, salah satu hal yang paling rasional adalah hidup berdampingan dengan Covid-19.
Salah satunya bisa dilakukan melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dikeluarkan melalui Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 202.
Mengapa demikian? PPKM adalah pilihan yang paling masuk akal (meskipun dilematis) karena mempertimbangkan aspek sentral, salah satunya ekonomi.
Sementara Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang difokuskan secara total melawan Covid-19, berisiko tinggi terhadap lemahnya sektor-sektor lain.
Rita Damayanti, Ketua Umum Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI), dalam talkshow virtual memperingati Hari Kesehatan Nasional ke 57 menjelaskan, permasalahan kesehatan akan berdampak buruk bagi perekonomian.
Sementara ekonomi adalah salah satu sumber daya utama masyarakat untuk bertahan hidup. Menurut dia, tidak ada perbaikan ekonomi tanpa memperhatikan kesehatan.
Oleh karena itu, pesan kepada masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan terkait 5M (menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, membatasi mobilisasi, menghindari kerumuman) dan melakukan vaksin harus terus digalakkan.
Saat ini kita dalam situasi hidup berdampingan dengan virus.
Strategi mengoptimalkan kepatuhan prokes
Salah satu urgensi untuk tetap mempertahankan protokol kesehatan di Indonesia adalah karena World Health Organization (WHO) menyoroti peningkatan mobilitas masyarakat yang cukup mencolok di pulau Jawa-Bali, terutama di beberapa tempat seperti stasiun transportasi massal, pusat perbelanjaan, ritel dan tempat wisata.