Hingga hari ini Pusat Polisi Militer masing-masing matra tengah melakukan pemeriksaan dan pendalaman terhadap oknum prajurit yang terlibat. Belum diketahu akar permasalahan antar- kesatuan sehingga menimbulkan keributan.
Kejadian demi kejadian yang menimbulkan gesekan antar kesatuan di TNI sendiri maupun antara personel TNI dengan personil Polri seharusnya menjadi “entry point” bagi pembenahan sistem pendidikan di TNI dan Polri secara keseluruhan.
Pendidikan masing-masing matra di TNI di satu sisi begitu berhasil menanamkan semangat dan kebanggaan terhadap matranya masing-masing.
Tidak salah jika Napoleon Bonaparte mengenalkan esprit de coprs atau jiwa korsa sebagai keunggulan konsep militer.
Jiwa korsa atau daya juang adalah kesadaran seorang individu dalam suatu korps yang memiliki perasaan sebagai suatu kesatuan dan kecintaan terhadap terhadap korps.
Jiwa korsa dapat berupa banyak hal seperti rasa hormat kepada koprs, setia dengan sumpah prajurit, janji dan tradisi, kesadaran bersama antar kawan dalam satu koprs dan kebanggaan tiada tara berhasil diterima menjadi anggota korps.
Berkat jiwa korsa tersebut, Napoleon Bonaparte berhasil unggul dalam strategi perang di berbagai palagan perang karena tentara dalam satu unit harus saling setia, bahu membahu, dan melindungi untuk mengalahkan musuh.
Kurikulum pendidikan militer kudu mengakomodir penghormatan dan respek antar-kesatuan, antar-matra, dan dengan institusi lain seperti polisi dan sipil.
Pada setiap tahap pendidikan, lulusan TNI dan Polri memiliki mindset bahwa mereka adalah warganegara yang mendapat kesempatan untuk mengabdikan dirinya sebagai prajurit dan pengawal negara.
Demikian juga di kurikulum Polri, penghormatan dan respek terhadap institusi lain harus dijunjung tinggi dalam materi pendidikannya.
Kerap terjadi, kebanggaan yang terlalu “over” menjadi bumerang dan tidak layak mendapat tempat dalam relasi antar-personal dan lembaga.
Saya berasal dari keluarga besar militer. Saya terbiasa dengan pola pandang yang berbeda antar-korps. Ayah saya TNI AD. Adik-adik ayah ada yang masuk di TNI AL dan TNI AU.
Saban ketemu selalu saling melecehkan antar kesatuan walau dalam gaya guyon yang satir. Mereka semua pada akhirnya mem-bully polisi meski tidak ada anggota keluarga yang masuk polisi. Padahal, kedua kakek saya dari pihak ayah dan ibu adalah polisi.
Komunikasi organisasi di masing-masing matra dengan Polri harus disinergikan untuk kekompakkan bersama.
Ouput masing-masing matra dan Polri adalah sama yakni menjaga keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan aman, tertib, dan mencapai cita-cita para pejuang kemerdekaan.
Dulu kita mengenal ABRI Masuk Desa (AMD). Sekarang dikenal dengan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD).
AMD yang dikenalkan rezim Soeharto di awal 1980 sepaket dengan kebijakan lain seperti Koran Masuk Desa dan Hakim Masuk Desa.
Dalam perkembangannya, program ini lebih berperan sebagai pengawas teritorial untuk mendukung stabilitas bangunan politik Orde Baru di desa-desa.
TMMD sebaiknya ditujukan ikut berkontribusi dalam hal pembinaan kesamaptaan dan pemantapan ideologi Pancasila untuk kaum muda desa. Melakukan gotong royong desa pasca-bencana ketimbang masuk dalam urusan teknis pertanian.