TMMD harus melibatkan juga personel polisi sehingga penamaanya menjadi TPMMD atau Tentara Polisi Manunggal Masuk Desa.
Kehadiran tentara dan polisi di desa-desa terpencil bisa menjadi motivasi anak-anak dan pemuda pemudi desa agar kelak bisa lolos seleksi penerimaan tamtama, bintara, atau diterima di Akademi Militer dan Polisi.
Seperti kuliah kerja nyata atau KKN di program perguruan tinggi, TPMMD bisa menjadi wadah perekat bagi mereka yang baru lulus pendidikan tamtama, bintara atau akademi.
Kehadiran taruni Akademi Militer dan Polisi, kehadiran Korps Wanita dari TNI serta Polwan bisa menjadi pemantik inspirasi dan motivasi perempuan muda di desa untuk bisa berbakti kelak di TNI dan Polri.
Keakraban TNI dan Polisi serta warga desa memproyeksikan kemanunggalan TNI dan Polri serta rakyat seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa. Membangun kesadaran secara kolektif harus ditumbuhkan sejak dini sebelum mereka bertugas di berbagai medan penugasan.
Di kegiatan masing-masing matra, misalnnya, pelayaran arung samudera dengan KRI Dewaruci juga perlu pelibatan matra-matra lain, termasuk polisi. Tujuannya agar matra lain bisa memahami dari awal medan tugas TNI Angkatan Laut.
Demikian juga dengan kegiatan di TNI AU. Matra-matra lain termasuk polisi juga perlu dilibatkan.
Visi Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa bahwa “TNI adalah kita” mengandung makna yang cukup dalam yakni mengajak masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional untuk melihat TNI sebagai kita atau bagian dari mereka.
Andika sengaja tidak ingin menyampaikan ekspektasi yang terlalu tinggi mengingat segala keterbatasan dan kelebihan yang kita miliki. TNI adalah kita yang tidak terpisahkan.
Andika memastikan TNI akan terus berproses untuk bekerja secara profesional. Ia ingin masyarakat melihat TNI sebagai organisasi yang apa adanya. TNI harus menjalani dengan segala kekurangan dan terus melakukan langkah perbaikan.
Menyelesaikan segala persoalan gesekan di Ambon, Timika dan Batam melalui jalur hukum adalah langkah tepat untuk menentukan kadar kesalahan para prajurit yang terlibat dan mencegah peristiwa tersebut terus berulang kembali.
Tekad Jenderal Andika yang akan mengedepankan pendekatan tegas dan humanis dalam menyelesaikan berbagai potensi konflik yang terjadi di Papua sebaiknya dimulai terlebih dahulu dengan penerapan kedisplinan dan revitalisasi semangat Sapta Marga di jajaran personel TNI.
Harapannya tentu saja agar persoalan “rokok di Timika” atau senggolan penjagaan lahan, misalnya, tidak terulang lagi.
Pemerintah harus meningkatkan tunjangan kinerja prajurit TNI. Jika saat ini besarannya sebesar 60 persen dari gaji pokok, kenaikan menjadi 70 hingga 80 persen adalah hal yang wajar.
Jangan lupakan juga persoalan uang lauk pauk bagi prajurit TNI yang semula Rp 60 ribu per hari yang berlaku rata di berbagai daerah. Usulan menjadi Rp 100 ribu bagi yang bertugas di Pulau Jawa dan Rp 150 ribu bagi yang berdinas di luar Pulau Jawa perlu dipertimbangkan.
Dengan jiwa yang tegas,
Gagah perkasa dan lugas,
Tersembunyi di balik seragam dinas,
Yang gagah lagi berkelas.
Tanpa diiringi sifat angkuh,
Kau berangkat selepas subuh,
Berikan kenyamanan bagi negeri,
Yang tengah mengejar mimpi…
Hai Bapak Tentara yang Hebat,
Sungguh tugasmu begitu berat,
Namun kaulah pilihan yang tepat,
Untuk mengayomi masyarakat.
Meski sang surya panas menyengat,
Seragammu basah karena keringat,
Tak pernah kau berkata penat,
Karena kaulah pelayan terhebat.
(Puisi Tentara Pelindung Negeri – anomin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.