JAKARTA, KOMPAS.com - Ada tiga skenario kenaikan kasus Covid-19 di Tanah Air saat gelombang ketiga yang dibuat Satuan Tugas Penanganan (Satgas) Covid-19.
Kenaikan kasus ini bisa dipengaruhi mobilitas masyarakat selama libur Natal 2021 dan tahun baru 2022 (Nataru).
Tiga skenario yang dibuat oleh Satgas Covid-19 tersebut berdasarkan data yang dimiliki dengan memasukkan beberapa faktor risiko.
Baca juga: Skenario Gelombang 3 Saat Libur Nataru, Satgas Prediksi Puncak Kasus Aktif Capai 400.000
Faktor risiko tersebut yakni mobilitas masyarakat, kepatuhan protokol kesehatan, hingga munculnya varian baru yang lebih menular.
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan, pihaknya memprediksi tidak hanya sampai akhir Desember 2022, tetapi sejak awal November hingga 19 Februari 2022.
Baca juga: 4.255.268 Kasus Covid-19 Indonesia dan Upaya Hindari Gelombang Ketiga
Skenario pertama
Dewi mengatakan, skenario pertama yang dibuat Satgas Covid-19 merupakan kondisi yang ideal selama pandemi terjadi.
Kondisi tersebut adalah telah terbentuknya herd immunity di masyarakat, mobilitas yang terjaga, serta tidak adanya varian baru.
Hanya saja, data saat ini menunjukkan bahwa herd immunity belum terbentuk karena masih 40 persen.
Baca juga: Tanpa Kesadaran Masyarakat, Larangan Mudik Dinilai Tidak Cukup Antisipasi Gelombang Ketiga
Begitu pun target vaksinasi 70 persen rampung pada Desember belum terkejar sehingga kasus pun diprediksi mulai naik.
"Mobilitas (masyarakat) tinggi tapi kepatuhan protokol kesehatannya cukup baik sehingga naik, tapi maksimalnya hanya sekitar 70.000-an kasus aktifnya saja. Itu puncaknya sekitar 70.000 kasus," kata Dewi di acara talkshow Satgas Covid-19, Senin (29/11/2021).
Skenario kedua
Skenario kedua adalah ketika herd immunity belum terbentuk tetapi mobilitas masyarakat tinggi, dan kepatuhan protokol kesehatan yang rendah.
Dewi mengatakan, dari skenario tersebut, kasus diprediksi akan langsung naik hingga di angka 260.000 sekaligus menjadi puncak kasus aktif.
Skenario ketiga
Adapaun skenario ketiga adalah kondis herd immunity yang belum terbentuk, mobilitas tinggi, kepatuhan rendah, dan munculnya varian baru Covid-19 yang lebih menular.
"Dalam kondisi saat ini kasus aktif diprediksi bisa meningkat hingga 400.000 kasus," ujar Dewi.
Baca juga: IDI Minta Pemerintah Jaga Ketersediaan Obat untuk Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19
Hanya saja, angka varian baru yang dimasukkan ke dalam skenario tersebut hanya sekitar 40-50 persen lebih menular dari varian sebelumnya.
Dengan demikian, puncaknya pada skenario ini tidak akan setinggi saat libur Idul Fitri lalu mengingat vaksinasinya yang cakupannya sudah lebih luas cakupannya dibandingkan saat itu.
"Jadi kalau yang sekarang naik, cuma angkanya mungkin hanya di kisaran sampai dengan 400.000-an saja," kata dia.
Kejar vaksinasi, jaga mobilitas, dan patuhi protokol kesehatan
Menurut Dewi, berdasarkan variabel yang dimasukkan ke dalam skenario-skenario itu, ada beberapa hal yang harus dikejar.
Hal tersebut antara adalah penyelesaian vaksinasi untuk membentuk herd immunity, menjaga dan mengendalikan mobilitas dengan memberlakukan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), serta kepatuhan protokol kesehatan masyarakat yang harus dipantau dan disosialisasikan.
Selain itu, yang tidak kalah penting adalah pencegahan varian baru Covid-19 yang muncul saat ini, yakni Omicron
Baca juga: Antisipasi Varian Omicron, Wali Kota Tangerang Minta RS Tingkatkan Kewaspadaan
Salah satu pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan menutup pintu-pintu kedatangan, skrining berlapis bagi orang yang datang dari luar atau dari dalam ke luar serta domestik.
"Ini semua untuk menghindari varian-varian yang ada. Dari setiap variabel di sini harus diejawantahkan dalam bentuk strategi," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.