Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes: Kita Harus Waspada dan Hati-hati terhadap Varian Omicron

Kompas.com - 30/11/2021, 14:11 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengingatkan masyarakat agar berhati-hati dengan varian virus Corona B.1.1.529 Omicron.

Menurutnya, varian baru ini memiliki kombinasi sifat sejumlah varian of concern (VoC) dari varian-varian sebelumnya, termasuk sifat dari varian Delta.

Dengan demikian, varian Omicron yang lebih infeksius ini berpotensi memberi dampak yang lebih besar.

"Varian ini memiliki sifat beberapa VoC lainnya sehingga kita harus waspada dan berhati-hati, mengingat varian Delta saja sudah sangat infeksius dan meyebabkan lonjakan kasus dengan cepat," ujar Nadia kepada Kompas.com, Selasa (30/11/2021).

Baca juga: WHO Sebut Omicron Berisiko Tinggi Sebabkan Lonjakan Kasus Covid-19 Global

"Menimbang kondisi itu kita harus tetap waspada untuk mencegah kemungkinan potensi lonjakan kasus ketiga dengan adanya bahaya varian baru maupun peningkatan mobilitas masyarakat," tegasnya.

Dia lantas menjelaskan, varian baru Omicron dapat mengelabui sistem imunitas manusia.

Selain itu, varian terbaru ini juga dapat menurunkan efikasi vaksin Covid-19.

"Varian ini tidak meningkatkan keparahan, tetapi orang yang pernah terinfeksi Covid-19 akan lebih mudah meyebabkan terinfeksi dengan varian Omicron. Kemudian, varian ini dapat mengelabui sistem imunitas dan menurukan efikasi vaksin," katanya.

Baca juga: Varian Beta dan Omicron dari Satu Negara, Mengapa Afrika Rawan Munculnya Varian Baru Covid-19?

Angka mutasi Omicron di atas 30 sehingga lebih cepat menular dibandingkan virus corona varian Delta.

Meski demikian, Nadia menekankan bahwa semua identifikasi di atas masih dikaji lebih dalam.

"Namun, semua identifikasi ini masih dalam kajian lebih lanjut," tambahnya.

Diberitakan sebelumnya, epidemiolog dari Griffifth University Australia, Dicky Budiman, mengatakan, varian baru B.1.1.529 Omicron bukan sekedar baru, tapi juga ini berpotensi menjadi masalah besar bukan hanya Indonesia dan Afrika, tetapi dunia.

Sebab, meskipun gejala yang diakibat oleh infeksi varian baru ini disebut cukup ringan, kecepatan penularan mencapai lebih dari 500 persen atau 5 kali lipat dibandingkan dengan virus corona SARS-CoV-2 aslinya yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China, pada 2019.

Dengan potensi penularan yang mencapai 500 persen tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikan varian Omicron ini ke dalam kategori VoC, tanpa melalui kategori variant of interest (VoI).

Baca juga: Pakar UGM: Belum Terbukti Omicron Lebih Menular dari Varian Delta

Untuk diketahui, variant of interest adalah varian SARS-CoV-2 yang ditandai dengan mutasi asam amino yang menyebabkan perubahan fenotipe virus, yang diketahui atau diprediksi dapat mengubah kondisi epidemiologi, antigeneistas, dan virulensi virus.

Sedangkan variant of concern adalah varian virus corona yang menyebabkan peningkatan penularan dan angka kematian akibat Covid-19. VoC juga merupakan varian dengan dua komponen VoI.

Dicky mengatakan, varian B.1.1.529 Omicron ini masuk dalam kategori VoC karena penularannya mencapai 400 persen dibandingkan dengan VoC lainnya, yaitu varian delta.

"Kalau diibaratkan varian delta (yang sempat merebak beberapa waktu lalu) yang 100 persen kecepatannya lebih cepat menular daripada virus liar di Wuhan, ini kemungkinannya (varian baru) Omicron kecepatan penularannya bisa sampai 500 persen atau 5 kalinya," jelas Dicky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com