Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Saat Katebelece Partai Jadi Penentu Nasib Orang

Kompas.com - 29/11/2021, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Partai perlu “mengomisariskan” orang-orang yang berjasa bagi partai di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar tidak dirongrong oleh hutang budi dan mengarahkan bisnis BUMN siapa tahu menguntungkan elite partai dan partai.

Saling mengakomodasi antara partai dan orang-orang yang ditunjuk menjadi gambaran utuh bagaimana politik akomodatif menjadi praktik yang normal.

Semua pihak yang dirasa memiliki kontribusi memenangkan partai akan mendapat porsi kekuasaan di berbagai lembaga, komisi, bahkan di kementerian.

Jangan heran, untuk menjadi pimpinan perguruan tinggi pun restu dari anggota dewan yang membidangi pendidikan menjadi unsur komplementer yang sangat diperlukan.

Dukungan Senayan sangat memperlancar urusan menjadi direktur politeknik atau rektor universitas, apalagi untuk mendapat “kue” proyek nasional.

Masalah besar Indonesia setelah menumbangkan rezim Orde Baru adalah gurita kekuasaan partai yang sedemikian merasuk ke berbagai sendi dan denyut kehidupan.

Urusan menjadi Ketua RW saja harus mempertimbangkan amannya kepentingan partai di wilayah itu. Untuk menjadi kepala desa pun harus mendapat dukungan partai. Menjadi komisioner semua komisi perlu “back up” partai.

Mungkin urusan buang hajat di jamban kelak akan butuh pertimbangan partai. 

Masalah utama yang menggerogoti demokrasi di Indonesia saat ini tidak hanya terkait dengan institusi politik dan elite saja, tetapi juga isu lain termasuk lingkungan dan budaya.

Oleh karenanya penguatan demokrasi menjadi persoalan yang mendesak untuk mencegah “demokrasi tanpa demos”. Demokrasi yang meninggalkan kepentingan rakyatnya.

Sejatinya, demokrasi “hanya” digunakan sebagai alat bagi sekelompok oligarki untuk mendapatkan kekuasaan dan sumber daya.

Demokrasi telah “menelikung” asal usul makna yang begitu sakral yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti pemerintahan.

Meminjam pendapat Jeffrey Winters, seorang ilmuwan politik Amerika Serikat di Universitas Northwestern, oligarki saat ini menggunakan kekuatannya untuk mempertahankan kekuasaannya yang dipraktikkan bersamaan dengan politik transaksional.

Merenungi pembelaan Sekjen Kementerian Pertanian dan kisah sahabat-sahabat saya yang tengah memburu “restu” partai untuk menduduki berbagai posisi jabatan, saya teringat wejangan kakek dan ayah saya.

“Sak bejo-bejone wong kang lali, isih bejo wong kang eling lan waspodo.”

Seberuntung-untungnya orang yang lupa, masih beruntung orang yang ingat dan waspada.

Jangan sampai karena urusan duniawi, kita melupakan aturan dan menghalalkan segala cara.

“Dadi manungsa sing isa ngatur urip. Aja gelem diatur urip. Nanging aja nglalekake aturane sing gawe urip.”

Jadilah manusia yang dapat mengatur kehidupan. Jangan mau diatur oleh kehidupan tetapi jangan melupakan aturan Yang Membuat Hidup.

Leres nopo mboten? Benar apa tidak? 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com