Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Memaknai Pertemuan Megawati, Puan, dan Prabowo di Istana Negara

Kompas.com - 23/11/2021, 11:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Realitas dunia yang dibangun oleh teknologi informasi terkini begitu sesak dan padat oleh citra-citra dengan berbagai penampakkannya (Nila Sastrawati, 2015).

Yasraf Amir Piliang (2004) menyebut, di era pencitraan seperti sekarang yang didominasi oleh simbol, yang paling penting justru apa yang tampak, bukan makna di balik simbol.

Saling kelindannya “kemesraan” politik antara PDIP dengan Gerindra sebetulnya sudah terjalin lama melalui persahabatan mendiang Taufiq Kiemas (suami Megawati) dengan Prabowo.

Saat Prabowo kesulitan keluar dari Swiss akibat masa berlaku paspornya sudah habis pasca-peristiwa 1998, Taufik lah yang mengusahakan Mantan Danjen Kopassus itu bisa balik ke tanah air.

TK – demikian panggilan Taufiq Kiemas – yang mengurus perpanjangan paspor dan menyediakan pesawat jet khusus untuk membawa Prabowo kembali ke Jakarta.

Megawati sempat bersanding dengan Prabowo di Pilpres 2009. Ketika mengusung Jokowi – Ahok di pentas Pilkada DKI tahun 2012, PDIP dan Gerindra pun saling bahu-membahu memenangkan pasangan ini dan menjadi pintu pembuka bagi Jokowi untuk melangkah ke Pilpres.

Riak-riak hubungan PDIP dengan Gerindra muncul saat gelaran Pilpres 2014 dan 2019 ketika PDIP menjadi motor pencapresan Jokowi, sementara Prabowo berada di kubu seberang.

Segregasi politik begitu tajam dan keras. Pertentangan di akar rumput begitu sarkas walau di tingkat elite terkesan menunjukkan “persahabatan”.

Simbol-simbol yang disampaikan ke publik melalui pertemuan Megawati-Puan-Prabowo di Istana Kepresidenan bisa dimaknai sebagai representasi kerukunan dan bersatunya elite-elite partai yang menganut aras nasionalis.

Pernyataan-pernyataan Wakil Ketua Umum Dewan Pembina Gerindra Fadli Zon yang kerap “nyinyir” terhadap PDIP, Jokowi, Puan dan Megawati ingin digambarkan Prabowo bukan sebagai sikap partai.

Baca juga: Prabowo Tegur Fadli Zon karena Mengkritik Jokowi soal Banjir di Sintang

Demikian pula dalam kacamata Megawati dan Puan, Prabowo dan Gerindra dipandang sebagai teman seiring dan sejalan dalam memperjuangkan tujuan berbangsa dan bernegara.

Karena Megawati, Puan, dan Prabowo adalah elite partai, wajar memang jika aktivitas kecil mereka seperti saling sapa, bersenda gurau, bahkan ngobrol bareng pun dimaknai dengan beragam analisis dan pandangan.

Semua pihak bebas menerjemahkan atau menginterpretasikan setiap momentum politik. Namun, jangan-jangan pertemuan Megawati, Puan, dan Prabowo di Istana Negara beberapa waktu lalu hanya membincangkan kuliner, cerita jenaka, atau kisah nostalgia di masa lalu.

Mereka bertiga juga manusia seperti kita yang punya rasa humor, senang dengan kuliner serta senang ngobrol.

Kita terlalu kepo melihatnya dan terlalu jauh menerawangnya. Kepo itu istilah anak milenial yang berarti rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain.

Sekali lagi, pemanfaatan simbol dalam politik sarat dengan persepsi dan opini. Pihak yang melakukan konstruksi makna simbol dan atribut mempunyai tujuan dalam pasar politik yang begitu kompetitif.

Ataukah ada pihak yang begitu “baper” dan “kepo” setiap melihat peristiwa politik?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com