Silakan tengok di sini: SBY dan Aburizal Bakrie Bentuk Tim Penjajakan Koalisi
Pertemuan antara Megawati, Prabowo, dan Puan di Istana Kepresidenan sejatinya adalah rangkaian dari acara pelantikan Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa oleh Presiden Jokowi di Istana Negara.
Megawati, Puan, dan Prabowo yang merupakan undangan menyempatkan bersapa atau mengobrol sejenak sebelum acara dimulai.
Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung malah yang mengantarkan Megawati, Puan dan Prabowo ke ruang tunggu VVIP Istana Negara.
Jadi selama menunggu acara resmi dimulai, bisa jadi mereka membincangkan banyak hal. Tugas Pramono Anung sebagai wakil tuan rumah yang memandu para tamu di Istana dan pembantu presiden tentu sepengetahuan Jokowi.
Politik tidak boleh baperan alias bawa perasaan. Politik sarat dengan permainan simbol.
Mungkin saja, pertemuan Megawati-Puan-Prabowo adalah relasi biasa namun dimaknai high context karena baik Prabowo maupun Puan sama-sama santer dikabarkan bakal maju dalam kontestasi Pilpres 2024.
Sebagai satu-satunya partai yang otomatis memiliki tiket pencapresan di Pilpres 2024 tanpa perlu berkoalisi dengan partai lain, tentu saja "gerak-gerik" tokoh-tokoh PDIP seperti Megawati, Puan, juga Sekjen PDIP Hasti Kristiyanto menarik perhatian dan dimaknai macam-macam.
Demikian juga dengan Prabowo dengan Gerindra-nya. Prabowo dalam berbagai hasil survei selalu masuk tiga besar kandidat RI-1 yang paling tinggi elektabilitasnya untuk Pilpres 2024.
Sebagai partai yang sama-sama mengusung ideologi nasionalis, bersatunya PDIP dan Gerindra akan menjadi kekuatan besar yang mengurangi porsi pencalonan presiden oleh partai-partai lain.
Di Pemilu 2019, PDIP meraih 19,33 persen suara sementara Gerindra 12,57 persen. Gabungan kedua partai ini memiliki 31,9 persen suara. Sehingga wajar jika pertemuan elite PDIP dengan Gerindra selalu membuat pihak lain “baperan”.
Dari pengalaman saya yang pernah lama mendampingi Megawati sepanjang 2004-2010, hampir tidak pernah putri Bung Karno ini menjajakan seorang sosok – termasuk Puan anaknya sendiri – kepada pihak lain untuk bursa jabatan termasuk urusan Pilpres.
Saya pernah diajak Megawati untuk pertemuan terbatas dengan elite partai atau tokoh nasional jelang beberapa kali Pilpres. Dalam pertemuan itu tidak pernah sekalipun Megawati menyodorkan nama orang untuk posisi jabatan.
Justru pihak-pihak yang bertemulah yang menyampaikan keinginannya untuk berkoalisi dengan PDIP dan menyampaikan “penawaran” posisi politik.
Keputusan krusial mengenai siapa capres atau calon gubernur, biasanya dilakukan di saat injury time jelang penutupan pendaftaran calon dan usai berziarah ke Makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur.
Proses permenungan dengan mempertimbangkan semua aspek termasuk hasil survei pasti akan dikeluarkan Megawati pada akhirnya nanti.
Politik dan simbol adalah dua entitas yang tidak dapat dipisahkan. Instrumen-instrumen yang digunakan dalam politik, utamanya oleh partai politik, tidak lepas dari simbol-simbol dengan makna tertentu.
Simbol dan maknanya dicreate sedemikian rupa untuk mencapai tujuan politik yang diinginkan. Untuk memformulasikan segala potensi yang dimilikinya, partai politik memang harus membangun citra yang baik kepada publik.
Sementara itu, pencitraan dalam dunia politik berbanding lurus dengan eksistensi informasi yang menampilkan segala sesuatu berbeda dengan makna aslinya. Keadaan ini dimaknai sebagai era pencitraan (the age of the image).