Tentara dikerahkan untuk menjaga agar masyarakat tidak berada di luar rumah selama gerhana matahari total berlangsung.
Konon, Soeharto menggunakan larangan melihat gerhana matahari total 11 Juni 1983 yang berpuncak di Laut Jawa selama 5 menit 11 detik itu untuk menguji tuah kekuasaannya.
Soeharto ingin mengetes apakah titahnya sebagai pemimpin dipatuhi rakyat atau tidak. Dan terbukti, gerhana matahari total yang tidak berbahaya bagi kesahatan menjadi ujicoba yang sukses "daripada" Soeharto. Rakyat yang ketakutan memilih patuh berada di dalam rumah (Kompas.com, 2 Maret 2016).
Kedua pasang diraja ini akan menyumbangkan seluruh hartanya untuk biaya pembebasan Irian Barat. Bung Karno sempat menjamu dan menginapkan mereka di hotel mewah dengan fasiltas kenegaraan.
Akting Raja Idrus akhirnya harus berakhir karena temannya yang sama-sama berprofesi sebagai tukang becak mengetahui latar belakang kehidupan Raja Idrus yang sebenarnya (Sindonews.com, 4 Agustus 2021).
Yang paling anyar, mantan calon presiden yang kini Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bersama Mantan Ketua MPR Amien Rais dan Mantan Wakil Ketua DPR Fadli Zon juga pernah tertipu oleh sandiwara “operasi plastik” Ratna Sarumpaet jelang pemilihan presiden 2019.
Ratna yang aslinya sedang melakukan operasi plastik untuk mempermak wajahnya, mengklaim dikeroyok sejumlah orang karena kekritisannya terhadap Jokowi.
Dengan wajah bengap habis operasi sedot lemak, Ratna mengaku dipukul orang tidak dikenal di Bandara Husein Sastranegara, Bandung (Kompas.com, 13 Juli 2019)
Terpilih sebagai anggota Dewan selain menunjukkan kepiawaian dalam menyakinkan orang untuk memilih dirinya di pemilu juga menunjukkan kapablitas intelektual yang dimiliki.
Dari sisi pendidikan, rata-rata anggota DPR mengenyam pendidikan yang bagus dan memadai.
Pertanyaannya, kenapa ada yang mudah tertipu dengan hal-hal di luar nalar sehat?
Keterampilan berkomunikasi dan kemampuan mengolah gestur yang maksimal membuat penipu model cucu Nyi Roro Kidul, Cut Zahara, Raja Idrus dan Ratu Markonah bisa “menyihir” kesadaran yang dimiliki para tokoh nasional sekalipun.
Pertimbangan logika menjadi berantakan karena terbuai dengan lagak dan laku para penipu.
Keberadaan Nyi Roro Kidul hanyalah sebatas mitos turun temurun, mengapa pula bisa percaya dengan kehadiran cucu penguasa pantai laut selatan Jawa? Soal umur nenek Nyi Roro Kidul saja tidak ada tahu, bagaimana pula dengan umur cucunya ?
Mindset alam bawah sadar kita, termasuk para presiden yang pernah tertipu telak, bahwa semua orang adalah baik jadi tidak akan mungkin akan menipu kerap menjadi bumerang.
Siapa yang mengira jika mimpi Menteri Agama bisa salah? Siapa yang bisa membantah jika lingkar dalam Istana yang selalu membisikkan informasi apapun kepada presiden kerap berakhir blunder?
Presiden punya pembantu yang banyak, mulai dari menteri yang mempunya badan penelitian dan pengembangan hingga staf khusus segala yang mengurusi semua permasalahan.
Seharusnya semua informasi yang masuk bisa ditelaah dengan baik dan benar. Jika tertipu sekali mungkin masih bisa dipahami. Akan tetapi jika tertipu berkali-kali oleh orang yang sama, sungguh sangat menggelikan.
Anggota DPR memiliki tenaga ahli yang berlatar belakang pendidikan formal pascasarjana serta pengalaman di lapangan saat membantu kampanye dan merawat konstituen di daerah pemilihannya.
Seharusnya anggota Dewan bisa memerintahkan tenaga ahlinya untuk memverifikasi beberapa tahap setiap informasi. Mencari informasi di era tik tok sekarang ini sungguh sangat mudah.
Ketik saja kalimat "cucu nyi ratu kidul" di mesin pencari internet. Dari sinilah kebodohan dimulai.
Ternyata betul juga, "Kebodohan yang berani akan mengalahkan kepandaian yang ragu-ragu."