Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Median: Isu Kebangkitan PKI Masih Dipercaya Konstituen Partai Koalisi Pemerintah

Kompas.com - 30/09/2021, 15:03 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil survei dari lembaga Media Survei Nasional (Median) mengungkapkan, sejumlah konstituen partai politik yang tergabung dalam partai koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo masih percaya isu kebangkitan komunisme atau Partai Komunis Indonesia (PKI).

Berdasarkan hasil survei, ada empat konstituen partai koalisi pemerintah yang percaya isu tersebut, yakni Partai Gerindra (64,5 persen), Partai Golkar (53,8 persen), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) (50 persen), dan Partai Amanat Nasional (PAN) (45 persen).

"Partai-partai yang join di koalisi pemerintahan seperti Gerindra, seperti Golkar, kemudian PPP, dan PAN itu ternyata memang masih banyak konstituennya yang percaya terhadap kebangkitan komunisme," kata peneliti Median Rico Marbun dalam rilis yang disiarkan secara daring, Kamis (30/9/2021).

Baca juga: Survei Median: 46,4 Persen Masyarakat Indonesia Masih Percaya Kebangkitan Komunisme

Sementara itu, banyak juga konstituen partai di luar koalisi pemerintah yang percaya terhadap isu kebangkitan komunisme.

Berdasarkan survei Median, di antaranya responden dari Partai Berkarya (100 persen), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) (73,3 persen), Partai Demokrat (36,4 persen), Partai Gelora (66,7 persen), Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) (100 persen), dan Partai Masyumi Baru (100 persen).

Kemudian, mengenai konstituen partai politik yang tidak percaya kebangkitan komunisme, ada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) (61,1 persen), PDI-P (56 persen), Partai Nasdem (50 persen), Partai Perindo (54,5 persen), Partai Solidaritas Indonesia (PSI) (60 persen), dan Hanura (50 persen).

Baca juga: SMRC: Mayoritas Percaya Kerja Sama Indonesia-China Murni Bisnis, Tak Terkait Komunisme

Secara umum, Survei Median mengungkap bahwa 46,4 persen responden umum masih percaya isu kebangkitan komunisme.

"Sebanyak 46,4 persen publik masih percaya isu kebangkitan komunisme. Sementara yang tidak percaya 45 persen," ujar Rico.

Rico membeberkan, hasil survei terkait mereka yang percaya kemudian dirinci lebih lanjut apa alasan memercayai kebangkitan komunisme.

Hasil temuan Median yaitu, mayoritas responden yang percaya kebangkitan komunisme memiliki alasan adanya fenomena tenaga kerja asing (TKA) China dan proyek-proyek China di Indonesia sebesar 12,3 persen.

"Kemudian, adanya alasan bahwa ulama banyak ditangkap 12 persen. Indonesia tergantung vaksin dari China 11,8 persen. Negara China ingin mencaplok Natuna 9,4 persen," ucap Rico.

Baca juga: Tiga Patung Penumpas G30S/PKI Dibongkar Penggagas, Pangkostrad Tidak Bisa Menolak

Selain itu, mereka yang percaya juga memiliki alasan lain yaitu menganggap China ingin menguasai perekonomian Indonesia 9 persen.

Survei Median ini dilakukan pengambilan data pada 19-26 Agustus 2021 dengan sampel 1.000 responden.

Adapun, margin of error sebesar lebih kurang 3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com