"Karena apa pun presiden adalah orangtua kita, yang perlu, sekali lagi perlu, dan sangat perlu untuk kita hormati," kata Moeldoko di kantor staf presiden, Jakarta, Rabu.
"Jangan sembarangan berbicara, jangan sembarangan menyatakan sesuatu dalam bentuk kalimat atau dalam bentuk gambar," ucap dia.
Baca juga: Soal Penghapusan Mural Mirip Jokowi, Istana: Presiden Orangtua Kita, Perlu Dihormati
Kendati demikian, Moeldoko mengatakan bahwa presiden tak ambil pusing kritik yang disampaikan. Justru menurutnya, presiden sangat terbuka terhadap kritikan.
Akan tetapi, tambah dia, Jokowi juga menyatakan bahwa kritik harus sesuai dengan adat budaya ketimuran.
Sebab itu, Moeldoko mengatakan bahwa kritik harus beradab, sesuai dengan tata krama dan kultur yang dianut bangsa.
"Bukan hanya selalu berbicara antikritik, antikritik. Cobalah lihat cara-cara mengkritiknya itu," ucap dia.
Lebih lanjut, ia berharap tidak ada lagi yang bertindak tanpa berpikir konsekuensinya dan setelah itu hanya meminta maaf.
Moeldoko berpandangan, seandainya polisi memanggil pelaku pembuat mural, itu bukan berarti tindakan represif negara.
Pasalnya, ia menilai bahwa pemanggilan tersebut bermakna pembinaan agar pelaku tidak lagi melakukan hal-hal yang tidak baik.
Baca juga: Mural Mirip Jokowi Dihapus, Moeldoko Sebut Mengkritik Harus Beradab
"Jadi jangan terus dijustifikasi represiflah dan seterusnya. Ini kadang-kadang kita melihat hanya kulitnya, tidak memahami dalamnya," imbuh Moeldoko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.