Dari total 237 armada udara Singapura, jumlah tersebut didominasi oleh pesawa tempur yakni sebanyak 100 unit.
Tentunya pesawat tempur yang dimiliki Singapura lebih canggih ketimbang Indonesia. Singapura tercatat memiliki F-15 Strike Eagle, jet tempur yang tengah diincar Indonesia. Bahkan sebentar lagi Singapura akan memiliki pesawat tempur generasi kelima yakni F-35B.
Adapun F-35 didapuk sebagai jet tempur siluman tercanggih saat ini karena kemampuannya bersembunyi dari radar.
Baca juga: INFOGRAFIK: Perbandingan Kekuatan Militer China Vs India
Selain Singapura, Australia yang peringkatnya berada di bawah Indonesia versi GFP justru merupakan operator jet tempur canggih seperti F-18 Super Hornet dan F-35 yang tak dimiliki Indonesia.
Sementara itu Israel yang peringkatnya di bawah Indonesia versi GFP juga memiliki 27 unit F-35.
Karena itu, menanggapi peringkat kekuatan militer Indonesia yang dirilis GFP, Direktur Eksekutif Institute for Security and Strategic Studies Khairul Fahmi berpandangan, tidak boleh membuat bangga secara berlebihan.
Sebab, kuantitas yang besar namun sama sekali tidak bisa digunakan atau dioperasikan sama saja dengan omong kosong.
Terlebih indeks GFP hanya menitikberatkan pada aspek kuantitas dan tidak mengukur atau melihat kesiapan tempur angkatan perang sebuah negara.
”Semisal, dengan kemampuan kita sekarang, berapa lama kita mampu berperang. Jadi, kesiapan tempur tidak hanya soal kekuatan, tetapi juga kemampuan,” kata Khairul dikutip dari Kompas.id.
Baca juga: INFOGRAFIK: Perbandingan Kekuatan Militer Iran Vs Amerika Serikat
Khairul pun mengingatkan bahwa dalam indeks GFP terdapat variabel penting yang belum dimasukkan sebagai indikator, yakni faktor kemampuan riset suatu negara.
Sebab, negara-negara dengan kemampuan militer yang kuat didukung oleh kemampuan riset yang maju, selain dukungan anggaran riset yang besar.
”Sebagai acuan tentu indeks GFP boleh digunakan meski tidak untuk dibanggakan. Kalau hanya bersandar pada angka kekuatan yang dirilis oleh indeks GFP ini, kita bisa ditertawakan. Sebab, selain kuantitas, harus diperhitungkan juga kualitas alat atau alutsista, kualitas pengguna beserta kesiapannya. Ini tidak bisa dilihat separuh-separuh,” tutur Khairul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.