Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekuatan Militer Indonesia Peringkat 16 Dunia dan di Atas Israel Versi GFP, Bagaimana Riilnya?

Kompas.com - 06/08/2021, 13:03 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Situs Global Fire Power (GFP) merilis indeks kekuatan militer negara-negara di dunia pada 2021.

Hasilnya, Indonesia menempati peringkat 16 dari 140 negara, di atas peringkat negara-negara seperti Spanyol, Australia, dan Israel yang masing-masing bertengger di posisi 18, 19, dan 20.

Adapun peringkat pertama ditempati oleh Amerika Serikat (AS). Selanjutnya disusul oleh Rusia di peringkat kedua dan China di peringkat ketiga. Kemudian di posisi keempat dan kelima masing-masing ditempati oleh India dan Jepang. 

Baca juga: Sama-sama Punya Pemimpin Baru, Ini Perbandingan Kekuatan Militer Iran-Israel

Merujuk situs GFP, Indonesia bahkan menjadi negara yang terkuat secara militer di kawasan ASEAN, jauh berada di atas Singapura di peringkat 40 yang notabenenya merupakan negara paling maju di kawasan Asia Tenggara.

Keunggulan utama Indonesia

Unggulnya kekuatan militer Indonesia dibandingkan Spanyol, Australia, dan Israel tentu karena ditopang oleh jumlah personel tentara yang besar yakni 1.080.000.

Jika dijabarkan, jumlah personel militer aktif Indonesia tercatat sebesar 400.000, jumlah personel cadangan tercatat sebesar 400.000, dan jumlah paramiliter tercatat sebanyak 280.000.

Selain itu, luasnya Indonesia juga turut memengaruhi banyaknya jumlah alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang dimiliki oleh matra darat, laut, dan udara. Banyaknya jumlah alutsista ini juga menunjang peringkat kekuatan militer Indonesia yang dirilis GFP.

Dalam situs GFP, tercatat kekuatan matra udara Indonesia memiliki 458 unit armada yang terdiri dari pesawat angkut, pesawat tempur, dan helikopter. Adapun jumlah pesawat tempur Indonesia hanya 41 unit.

Baca juga: Puncaki Daftar Negara dengan Militer Terkuat, Ini Kekuatan Militer AS

Dengan jumlah armada sebanyak itu, menjadikan Indonesia berada di peringkat 28 dari 140 negara untuk kekuatan matra udara.

Adapun armada udara di Indonesia didominasi oleh pesawat latih, pesawat angkut, dan helikopter angkut.

Banyaknya jumlah armada udara Indonesia juga tak lepas dari luas wilayah nusantara yang mencapai 1,9 juta kilometer persegi.

Hitungan sebatas kuantitatif

Kendati demikian, hitungan GFP didominasi aspek kuantitatif sebab tak memperhitungkan kualitas dari alutsista yang dimiliki suatu negara.

Jika dibandingkan dengan Singapura, berdasarkan hitungan GFP Indonesia memang lebih unggul karena memiliki jumlah personel dan armada matra udara yang lebih banyak.

Baca juga: 5 Negara dengan Kekuatan Militer Terkuat di Dunia pada 2020

Singapura memang hanya memiliki 237 armada matra udara. Jumlah itu lebih sedikit dibandingkan jumlah armada udara yang dimiliki Indonesia.

Namun GFP tak memperhitungkan perbandingan kualitas alutsista khususnya antara matra udara yang dimiliki oleh Singapura dan Indonesia.

Dari total 237 armada udara Singapura, jumlah tersebut didominasi oleh pesawa tempur yakni sebanyak 100 unit.

Tentunya pesawat tempur yang dimiliki Singapura lebih canggih ketimbang Indonesia. Singapura tercatat memiliki F-15 Strike Eagle, jet tempur yang tengah diincar Indonesia. Bahkan sebentar lagi Singapura akan memiliki pesawat tempur generasi kelima yakni F-35B.

Adapun F-35 didapuk sebagai jet tempur siluman tercanggih saat ini karena kemampuannya bersembunyi dari radar.

Baca juga: INFOGRAFIK: Perbandingan Kekuatan Militer China Vs India

Selain Singapura, Australia yang peringkatnya berada di bawah Indonesia versi GFP justru merupakan operator jet tempur canggih seperti F-18 Super Hornet dan F-35 yang tak dimiliki Indonesia. 

Sementara itu Israel yang peringkatnya di bawah Indonesia versi GFP juga memiliki 27 unit F-35.

Karena itu, menanggapi peringkat kekuatan militer Indonesia yang dirilis GFP, Direktur Eksekutif Institute for Security and Strategic Studies Khairul Fahmi berpandangan, tidak boleh membuat bangga secara berlebihan.

Sebab, kuantitas yang besar namun sama sekali tidak bisa digunakan atau dioperasikan sama saja dengan omong kosong.

Terlebih indeks GFP hanya menitikberatkan pada aspek kuantitas dan tidak mengukur atau melihat kesiapan tempur angkatan perang sebuah negara.

”Semisal, dengan kemampuan kita sekarang, berapa lama kita mampu berperang. Jadi, kesiapan tempur tidak hanya soal kekuatan, tetapi juga kemampuan,” kata Khairul dikutip dari Kompas.id.

Baca juga: INFOGRAFIK: Perbandingan Kekuatan Militer Iran Vs Amerika Serikat

Khairul pun mengingatkan bahwa dalam indeks GFP terdapat variabel penting yang belum dimasukkan sebagai indikator, yakni faktor kemampuan riset suatu negara.

Sebab, negara-negara dengan kemampuan militer yang kuat didukung oleh kemampuan riset yang maju, selain dukungan anggaran riset yang besar.

”Sebagai acuan tentu indeks GFP boleh digunakan meski tidak untuk dibanggakan. Kalau hanya bersandar pada angka kekuatan yang dirilis oleh indeks GFP ini, kita bisa ditertawakan. Sebab, selain kuantitas, harus diperhitungkan juga kualitas alat atau alutsista, kualitas pengguna beserta kesiapannya. Ini tidak bisa dilihat separuh-separuh,” tutur Khairul.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com