Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Cegah Penurunan Populasi Ikan Selar Bentong, Kementerian KP Lakukan Penelitian

Kompas.com - 04/08/2021, 21:50 WIB
Alifia Nuralita Rezqiana,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Balai Riset Perikanan Laut (BRPL) Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) melakukan penelitian Ikan Selar Bentong di Laut Natuna Utara untuk mencegah penurunan populasinya.

Meskipun Ikan Selar Bentong belum banyak dikenal masyarakat awam, tetapi ikan ini adalah salah satu jenis ikan pelagis kecil yang cukup dominan tertangkap di perairan Natuna.

Pemanfaatan yang semakin intensif dengan menggunakan pukat cincin dikhawatirkan dapat mengakibatkan penurunan populasi Ikan Selar Bentong.

Kepala Pusat Riset Perikanan BRSDM Yayan Hikmayani mengatakan, permasalahan dan tantangan dalam pembangunan perikanan perlu segera diatasi dengan inovasi teknologi maupun kebijakan.

Baca juga: Ikan Cupang Kawin Tapi Tidak Bertelur? Ini Penyebabnya

"Untuk itu, dibutuhkan temuan-temuan tepat guna, inovasi teknologi baru dan kelembagaan perikanan yang berkelanjutan," kata Yayan Hikmayani dalam acara Sharing Session BRSDM bertema Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Ikan Selar Bentong yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube BRSDM pada Rabu (4/8/2021).

Penelitian Ikan Selar Bentong yang dilakukan pihak Kementerian KP bertujuan menganalisis biologi reproduksi dan dinamika populasi.

Adapun penelitian dilakukan dengan menganalisis pola pertumbuhan, nisbah kelamin, rata-rata ukuran pertama kali kelenjar reproduksi atau gonad matang, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, musim pemijahan, rata-rata ukuran panjang pertama kali tertangkap, serta parameter pertumbuhan kematian dan tingkat pemanfaatannya.

Lebih dari itu, penelitian juga mengkaji aspek penangkapan meliputi komposisi hasil tangkapan, hasil tangkapan per satuan upaya, musim dan daerah penangkapan, serta rumusan alternatif pengelolaan perikanan pukat cincin di Laut Natuna Utara.

Baca juga: Ditarget Rampung 2022, PLBN Natuna Diharapkan Tumbuhkan Ekonomi di Perbatasan

Peneliti BRPL Moh. Fauzi memaparkan, berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa pola pertumbuhan ikan jantan dan betina bersifat isometrik. 

Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa nisbah kelamin ikan jantan dan betina Ikan Selar Bentong dalam kondisi seimbang, mampu hidup di kedalaman 10-100 meter dph dengan kedalaman optimum 40-60 meter dph, dan memiliki panjang asimptotik (L∞) kisaran 24,1-25 cmFL dengan laju pertumbuhan (K) 0,92-1,1 per tahun.

"Ikan Selar Bentong mengalami dua musim pemijahan, yaitu pada awal musim timur (Juni) dan awal musim barat (Desember-Januari)," kata Fauzi dalam acara tersebut, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu.

Adapun sebagian besar populasi didominasi oleh ikan-ikan muda pada tingkat kematangan gonad (TKG) I immature dan TKG II maturing, serta TKG III ripening atau pematangan.

Ukuran rata-rata tertangkap atau length at first capture (Lc) (L50%) sebesar 18 sentimeter (cm)FL. Nilai ini lebih kecil daripada nilai saat pertama kali matang gonad atau length at first mature (Lm) yakni 20,2 cmFL.

Baca juga: Tingkatkan Minat Konsumsi Ikan, Kementerian KP Gelar Pelatihan Pengolahan Hasil Perikanan di Kapuas Hulu

Fauzi menjelaskan, nilai Lc yang lebih kecil daripada nilai Lm mengindikasikan terjadinya growth overfishing, yaitu kondisi ikan dipanen pada rata-rata ukuran lebih kecil dibanding ukuran maximum yield per recruit.

Artinya, banyak ikan muda yang masuk ke area perikanan dan tertangkap sebelum tumbuh menjadi ukuran optimum pasar.

Fauzi menyebutkan, daerah penangkapan tersebut berada di sekitar Kepulauan Natuna.

Ia memaparkan, laju eksploitasi ikan tersebut berada di atas nilai optimumnya, yaitu 0,5. Nilai ini mengindikasikan terjadinya overexploitation.

Baca juga: Irjen KKP: Kebijakan Ekspor Benur Dibuka Usai Studi Banding ke Australia

“Untuk menjaga kelestarian sumber daya Ikan Selar Bentong, perlu dilakukan beberapa opsi pengelolaan perikanan, yakni penutupan area dan saat musim pemijahan, kemudian perlunya pembatasan jumlah unit penangkapan dengan cara mengatur perizinan armada penangkapan di bawah upaya optimumnya,” papar Fauzi.

Ia menilai, survei larva perlu dilakukan guna mengetahui lokasi pemijahan Ikan Selar Bentong untuk dijadikan dasar dalam kebijakan pengelolaan perikanan, terutama berkaitan dengan closed area saat terjadinya musim pemijahan atau closed season.

Menurut Fauzi, cara memulihkan kondisi sumber daya perikanan Selar Bentong adalah mengatur jumlah unit alat tangkap agar tidak melebihi nilai upaya optimal (FMsy), yaitu 6.178 unit di seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Laut Natuna Utara.

Baca juga: Jaga Sektor Kelautan dan Perikanan, Menteri KP Bekali BROL Jembrana dengan Teknologi Mumpuni

Kondisi sumber daya perikanan Selar Bentong juga dapat dipulihkan dengan memperbesar ukuran mata jaring minimal 2,75 inci.

Sebagai informasi, masyarakat dapat mengakses konten sharing session dari BRSDM dengan mengunjungi kanal YouTube BRSDM pada laman berikut ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Anggap Jokowi Bukan Kader Lagi, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Anggap Jokowi Bukan Kader Lagi, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Nasional
Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Nasional
Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasional
Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Nasional
KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

Nasional
Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi 'Online' Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi "Online" Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com