Pada bulan Februari 2021, IDI sudah mengasumsikan kematian tenaga kesehatan, termasuk dokter dianggap sudah melaksanakan vaksin pada Januari.
Saat itu, kata dia, data Februari hingga 24 Juni 2021 menunjukkan ada 86 dokter yang meninggal.
"Sebanyak 24 persennya sudah divaksin. Kemudian 41 persen itu belum divaksin, sisanya perlu dikonfirmasi," ujar dia.
Oleh karena itu, apabila penyebaran virus corona tidak dihentikan maka akan menyebabkan tingginya kasus.
Baca juga: Wapres: Jangan Sampai Penyelenggaraan Ibadah Idul Adha Timbulkan Klaster Covid-19
Tingginya kasus memicu tingginya kasus aktif, tingginya kesembuhan, tingginya kematian, tingginya beban rumah sakit, tingginya tenaga kesehatan yang kelelahan, dan tingginya kematian tenaga kesehatan.
"Kondisi kita sekarang inline dari overload kenaikan kasus yang berdampak pada paparan yang lebih tinggi dan tingkat kematian yang tinggi baik pada dokter maupun tenaga kesehatan lain," kata dia.
Adib mengatakan, saat kasus meninggi maka perawatan pasien Covid-19 pun akan penuh yang membuat pasien menumpuk dan mengakibatkan tenaga kesehatan banyak ikut terpapar.
Hal tersebut juga berarti bahwa fasilitas pelayanan kesehatan bagi pasien non Covid-19 pun akan ikut turun.
Baca juga: UPDATE: Kasus Covid-19 Turun, tetapi Testing Juga Anjlok
Sementara itu, Dokter Spesialis Paru sekaligus Dewan Penasehat Tim Mitigasi IDI Menaldi Rasmin mengusulkan agar dokter puskesmas di setiap daerah ditetapkan menjadi manajer kesehatan wilayah.
Oleh karena itu, dia meminta IDI agar para dokter di puskesmas dibebaskan dari kewajiban tugas merawat inap pasien Covid-19 maupun pasien lainnya.
"Dokter di puskesmas saya minta untuk diwacanakan agar diangkat, ditetapkan menjadi manajer kesehatan wilayah yang mengatur, mengedukasi kesehatan, dan bertanggung jawab atas vaksinasi," kata Menaldi.
Menurut Menaldi, harus ada dokter di suatu wilayah yang bertugas mengendalikan penyakit dan menjaga masyarakat wilayah tersebut. Dengan menetapkan dokter tersebut menjadi manajer, risikonya tertular akan lebih sedikit.
"Tapi kalau dokternya jadi pelaku langsung, berhadapan langsung dengan penyakit, maka dokternya berhadapan dengan risiko ikut sakit," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.