Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Pegasus, Peretasan, dan Teror Digital terhadap Aktivis Antikorupsi

Kompas.com - 24/05/2021, 09:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AKTIVITAS sejumlah pegiat antikorupsi diretas. Apa yang terjadi?

Peretasan bermula saat konferensi pers yang digelar pada Senin pekan lalu secara daring. Hadir dalam acara tersebut sejumlah eks pimpinan KPK, di antaranya Busyro Muqoddas, Abraham Samad, Adnan Pandu Praja, Saut Situmorang, Bambang Widjojanto.

Selain itu hadir pula pula sejumlah pegiat antikorupsi yang tergabung dalam Indonesia Corruption Watch (ICW).

Baca juga: Novel dan Pegawai KPK Lain Diretas, Pukat UGM: Polanya Khas, Target Spesifik, Tujuannya Tebar Teror

Pada saat konferensi pers berlangsung ada-ada saja kejadiannya. Moderatornya, Nisa Zonzoa, tiba-tiba dipesankan makanan lewat aplikasi online-nya.

"Ada seblak level 5, Pizza, Dim sum, dan banyak lagi. Sebagian sampai ke saya, dan saya bayar. Tapi sebagian yang lain dibayar oleh driver ojek onlinenya, karena Sang Ojek menolak untuk saya bayar. Biar saya makan Mbak, kata dia," ungkap Nisa kepada saya di Program AIMAN yang tayang setiap Senin pukul 20.00 di KompasTV.

Tak berhenti sampai di situ, sejumlah pelaku peretasan yang bergerak secara siluman ini juga masuk ke tautan zoom dan mengacaukan acara. Di antaranya mematikan mikrofon dan video sejumlah pimpinan KPK juga peserta, hingga menampilkan video porno di tengah-tengah zoom meeting konferensi pers.

Sejumlah aktivis lain juga mendapat serangan lanjutan. Di antaranya adalah mendapat robocall, alias telepon bertubi-tubi dari berbagai nomor. Uniknya, telepon ini berasal dari satu operator saja.

Pegasus dan Finfischer

Memang ada sejumlah perangkat yang memungkinkan peretas masuk ke dalam aplikasi korban yang dijadikan target. Perangkat macam ini disebut Spyware. Ada berbagai jenisnya.

Salah satu yang terkenal adalah Finfischer yang bisa dijual di pasar gelap. Siapapun bisa membelinya dengan harga belasan hingga di atas Rp 20 miliar.

Dalam situs citizenlab.ca, semacam situs aktivis HAM internet, terdeteksi aktivitas Finfischer marak di Indonesia. Entah siapa yang menggunakan.

Ada pula perangkat terbaru yaitu Pegasus, perangkat yang diklaim paling canggih saat ini. Biasanya digunakan oleh negara-negara blok Amerika Serikat. Rusia dan Tiongkok menggunakan jenis yang berbeda, meski tak kalah canggih.

Pegasus adalah perangkat buatan Israel. Ia bisa masuk ke dalam perangkat digital, entah itu HP atau laptop korban, dan melihat hingga mengakses apa yang biasa dilihat oleh korban dalam perangkatnya.

Bahkan Pegasus bisa menyalakan mikrofon dan video dalam keadaan perangkat tidak digunakan. Sehingga bisa merekam semuanya tanpa diketahui sang empunya.

Dalam situs Citizenlab.ca, Pegasus berlum terdeteksi berkeliaran di Indonesia. Tapi tunggu dulu. Catatan yang ada situs itu adalah catatan pada 2018, 3 tahun lalu. Saat ini? Tak ada yang tahu.

Di pasar resmi perangkat Pegasus ini dijual hingga Rp 500 miliar. Di pasar gelap tentu harganya mahal. Sulit dibayangkan jika perangkat ini dimiliki oleh perorangan, tak seperti Finfischer.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com