Saya mengubungi pakar keamanan siber, Ruby Alamsyah. Saya bertanya, apa bedanya perangkat lunak mata-mata Pegasus dan Finfischer, karena harganya beda jauh.
"Pegasus jauh lebih canggih baik dalam membuka akses maupun kemampuan spy-nya. Pegasus yang tertanam di perangkat korban, maka korban tidak akan mengetahui telah ditanam perangkat mata - mata. Karena, paket data dan baterainya tidak cepat habis, seperti perangkat yang jauh lebih murah, serta aksesnya jauh lebih luas. Tak pengaruh mau pake Hp android atau IOS, semua bisa diakses," kata Ruby kepada saya.
Bagaimana bisa terinfeksi spyware?
Pegasus adalah perangkat paling canggih. Infeksi terjadi hanya dengan mengklik tautan yang dikirim pada sasaran, bisa tautan video, gambar, atau berita.
Oleh karena itu, keamanan dua faktor menjadi penting. Para peretas pasti akan melakukan berbagai cara untuk menembus pertahanan.
Lalu bagaimana dengan peretasan aktivis tadi?
Sesungguhnya ada undang-undang ITE yang bisa menjerat siapa pun yang melakukan pengambilan data secara ilegal. Ancamannya 7 tahun dan denda miliaran. Demikian disampaikan Juru Bicara Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN) Anton Setiawan.
Akankah kasus ini bakal terungkap? Hmmm…
Bukankah kita selayaknya merawat kebebasan sipil sebagaimana kita juga harus terus merawat keberagaman?
Saya Aiman Witjaksono...
Salam!