Karena penggantian nama ini merupakan permintaan resmi, Jasa Marga selaku pengelola tol layang ini siap melaksanakan perintah.
Untuk diketahui, Mohamed bin Zayed atau nama lengkapnya Mohamed bin Zayed bin Sultan Al Nahyan merupakan Pangeran mahkota Abu Dhabi dan deputi komandan tertinggi Pasukan Angkatan Darat Uni Emirat Arab (UEA).
Nama Mohammad Bin Zayed dikenal publik Indonesia setelah Presiden Jokowi memberi kepercayaan kepadanya untuk menjadi Ketua Dewan Pengarah Pembangunan Ibu Kota Baru.
Saat berkunjung ke Indonesia pada Juli 2019, Mohammed Bin Zayed pernah berjanji kepada Jokowi akan membangunkan masjid.
Baca juga: Ini Alasan Pemerintah Mengabadikan MBZ Jadi Nama Jalan Layang
Janji tersebut ternyata benar-benar direalisasikan Mohammed Bin Zayed. Sebulan setelah kunjungannya ke Indonesia, tim kepresidenan langsung meninjau beberapa lokasi calon pembangunan masjid.
Akhirnya dipilihlah bekas Depo dan SPBU Pertamina di Gilingan, Banjarsari, Solo sebagai lokasi masjid. Luas lahan di lokasi tersebut mencapai 2,9 hektare.
Mereka saat itu mengukur arah kiblat yang melibatkan Kementerian Agama (Kemenag) Solo, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammadiyah, NU dan Tim Falakiyah Kemenag RI.
"Kita hari ini menentukan arah kiblat. Kami mengundang tokoh Muhammadiyah, NU, MUI, agar semuanya di sini tidak ada simpang siur. Kita tahu masyarakat Indonesia itu majemuk. Biar nanti tidak salah dalam penentuan arah kiblat masjid," kata utusan Dubes RI untuk UEA Husin Bagis, Setyo Wisnu Broto, Selasa (20/8/2019).
Wisnu saat itu menyebut bahwa desain masjid di Solo akan dibuat semirip mungkin dengan Sheikh Zayed Grand Mosque Abu Dhabi. Desain yang dibuat Pangeran UEA itu sebetulnya memiliki hak intelektual yang dilarang ditiru.
"Desain itu sebenarnya punya hak intelektual sama pangeran diberikan untuk Indonesia," papar Wisnu.
Adapun peletakan batu pertama yang menandakan dimulainya proses pembangunan masjid tersebut berlangsung pada 6 Maret.