Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seruan Penolakan Nasionalisme Vaksin dari Jokowi dan Ancaman terhadap Vaksinasi Covid-19 di Indonesia

Kompas.com - 09/04/2021, 13:42 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo menyampaikan penolakannya atas nasionalisme vaksin atau upaya sebagian negara yang mulai mengamankan stok vaksin Covid-19 untuk warga negaranya sendiri.

Penolakan terhadap nasionalisme vaksin disampaikan Jokowi dalam sambutannya pada acara Konferensi Tingkat Tinggi ke-10 negara-negara Develpoing Eight (D-8) pada Kamis (8/4/2021).

Dalam sambutannya Jokowi mengatakan saat ini seluruh negara di dunia memiliki kebutuhan yang sama terhadap vaksin Covid-19.

Baca juga: Jokowi Serukan Penolakan terhadap Nasionalisme Vaksin

Semua negara di dunia saat ini berupaya mevaksinasi warganya untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Ketika penularan Covid-19 mulai terkendali diharapkan perekonomian bisa kembali berjalan normal dan berangsur pulih.

Oleh karenanya, Jokowi meminta tak ada negara yang mengembargo stok vakisn yang dimiliki yang semestinya sudah menjadi jatah untuk negara lain lewat skema kerja sama yang telah ditentukan.

"Saat ini kita saksikan meningkatnya nasionalisme vaksin. Ini harus kita tolak. Kita harus mendukung vaksin multilateral,” ujar Jokowi memberikan sambutan pada acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-10 negara-negara Developing Eight (D-8) secara virtual pada Kamis (8/4/2021).

"D-8 harus terus mendorong akses yang adil terhadap vaksin. Ketersediaan dan keterjangkauan vaksin merupakan kunci untuk keluar dari krisis," lanjutnya.

Menurut Presiden, di saat pandemi, vaksin Covid-19 adalah barang publik global. Sehingga, dunia perlu bersatu untuk memproduksi dan mendistribusikan vaksin untuk semua.

Baca juga: Pengiriman Vaksin AstraZeneca Terkendala, Apa Strategi Pemerintah?

Artinya, kapasitas produksi harus digandakan dan tidak boleh ada pembatasan, baik produksi maupun distribusi vaksin.

“Di sinilah D-8 bisa berperan dalam menawarkan kapasitas produksi yang dimilikinya untuk meningkatkan produksi, mendorong akses yang sama terhadap vaksin, dan mendorong transfer teknologi,” ungkap Jokowi.

Keterlambatan pengiriman vaksin ke Indonesia

Adapun vaksinasi Covid-19 di Indonesia terancam terlambat dalam mencapai target lantaran adanya embargo vaksin seiring naiknya angka penularan Covid-19 di sejumlah negara.

Salah satu kendala yang muncul ialah keterlambatan pengiriman vaksin AstraZeneca yang dikerjasamakan dengan The Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI).

Padahal lewat mekanisme kerja sama dengan GAVI, Indonesia rencananya akan mendapatkan vaksin AstraZeneca gratis sebanyak 54 juta dosis. Keterlambatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya penularan Covid-19 di India selaku negara produsen sehingga vaksin akan diprioritaskan bagi warga India.

Baca juga: Jokowi di KTT D-8: Kita Harus Dorong Akses yang Adil terhadap Vaksin Covid-19

"Nah, yang bermasalah pertama kali adalah yang GAVI karena adanya embargo dari India sehingga suplai AstraZeneca paling besar dari India mengalami hambatan sehingga GAVI merealokasi vaksin yang harusnya kita terima 11 juta di Maret dan April ditunda semuanya di bulan Mei," kata Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Kamis (8/4/2021).

Kemudian ada pula kendala yang terjadi pada vaksin AstraZeneca dari kerja sama bilateral antara Indonsia lewat PT Bio Farma dengan perusahaan farmasi AstraZeneca.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com