Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksinasi Gotong Royong, Bio Farma Akan Datangkan 20,2 Juta Vaksin Sinopharm dan Moderna

Kompas.com - 29/03/2021, 17:37 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama (Dirut) Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, Indonesia akan mendatangkan dua vaksin yang digunakan untuk program vaksinasi gotong royong.

Adapun dua merek vaksin yang digunakan yaitu vaksin Sinopharm dan Moderna.

Untuk Vaksin Sinopharm asal China, rencananya akan didatangkan sebanyak 15 juta dosis pada tahap awal, sedangkan Moderna 5,2 juta dosis.

"Dari diskusi kita sama mereka, rencana kita akan memasukkan sekitar 15 juta dosis dari Sinopharm itu sampai Q2 tahun 2021. Sekarang kita lagi finalisasi negosiasi dengan Sinopharm dan juga lagi proses untuk dapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM," kata Honesti dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VI DPR, Senin (29/3/2021).

Baca juga: Satgas: Vaksin Gotong Royong Diberikan ke Karyawan Perusahaan secara Gratis

Selanjutnya, merek vaksin kedua yang tengah dinegosiasikan adalah vaksin Moderna dari Amerika Serikat.

Honesti menjelaskan, vaksin Moderna berbeda dengan Sinopharm lantaran menggunakan platform baru MRNa.

"Dan memang ada spesifikasi khusus dari cold chain-nya di mana mereka membutuhkan suhu temperatur di minus 20 derajat untuk bisa menjaga mutu dari vaksin sendiri," ungkap dia.

"Ini juga ada rencana kita memasukkan sekitar 5,2 juta dosis vaksin Moderna ini dan akan dimulai di Q3 tahun 2021. Sekarang kita juga lagi proses diskusi dengan mereka," sambungnya.

Baca juga: Kemenkes: Vaksinasi Gotong Royong Berbeda dengan Vaksinasi Mandiri

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa vaksin Moderna sama dengan vaksin lainnya yakni memerlukan dua dosis, dengan interval antara penyuntikan vaksin pertama dan kedua 28 hari.

Tak hanya itu, Honesti juga mengaku pihaknya sudah menyiapkan sistem distribusi terhadap vaksin mandiri.

"Dalam hal ini, kami juga sudah mengembangkan satu sistem yang terintegrasi, mulai dari proses produksi vaksin itu sendiri, sampai ke program vaksinasi yang diberikan ke masyarakat," katanya.

Honesti menuturkan, tujuan dari sistem distribusi yang terintegrasi itu adalah untuk memastikan bahwa semua vaksin yang diproduksi terjamin mutu dan tepat sasaran.

Dalam hal ini, Bio Farma bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi.

Baca juga: 17.387 Perusahaan Telah Mendaftar Vaksinasi Gotong Royong

Honesti juga mengungkapkan, pihaknya akan meningkatkan distribusi di mana Bio Farma akan mencapai tingkat Kabupaten/Kota.

"Di mana Bio Farma yang biasanya sampai ke provinsi, kemungkinan akan lebih bertanggungjawab untuk sampai ke kabupaten/kota dan faskes tempat vaksinasi itu dilakukan," tutur dia.

Adapun pemerintah hingga kini masih menjalankan program vaksinasi yang menggunakan merek vaksin Sinovac asal China.

Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihak Covax-GAVI selaku penyedia vaksin AstraZeneca untuk Indonesia memutuskan menunda pengiriman vaksin itu ke Tanah Air.

Penundaan yang dimaksud menyasar dua kali rencana pengiriman vaksin pada Maret dan April 2021 atau gelombang kedua dan ketiga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Nasional
PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

Nasional
Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Nasional
Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Nasional
Soal Gagasan Penambahan Kementerian, 3 Kementerian Koordinator Disebut Cukup

Soal Gagasan Penambahan Kementerian, 3 Kementerian Koordinator Disebut Cukup

Nasional
 Belum Diatur Konstitusi, Wilayah Kedaulatan Udara Indonesia Dinilai Masih Lemah,

Belum Diatur Konstitusi, Wilayah Kedaulatan Udara Indonesia Dinilai Masih Lemah,

Nasional
PAN Setia Beri Dukungan Selama 15 Tahun, Prabowo: Kesetiaan Dibalas dengan Kesetiaan

PAN Setia Beri Dukungan Selama 15 Tahun, Prabowo: Kesetiaan Dibalas dengan Kesetiaan

Nasional
PAN Setia Dukung Prabowo Selama 15 Tahun, Zulhas: Ada Kesamaan Visi dan Cita-cita

PAN Setia Dukung Prabowo Selama 15 Tahun, Zulhas: Ada Kesamaan Visi dan Cita-cita

Nasional
Koalisi Vs Oposisi: Mana Cara Sehat Berdemokrasi?

Koalisi Vs Oposisi: Mana Cara Sehat Berdemokrasi?

Nasional
Pansel Capim KPK Diminta Tak Buat Kuota Pimpinan KPK Harus Ada Unsur Kejaksaan atau Kepolisian

Pansel Capim KPK Diminta Tak Buat Kuota Pimpinan KPK Harus Ada Unsur Kejaksaan atau Kepolisian

Nasional
Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

Nasional
Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

Nasional
Kemenag Sepakat Proses Hukum Penggerudukan Ibadah di Indekos Dilanjutkan

Kemenag Sepakat Proses Hukum Penggerudukan Ibadah di Indekos Dilanjutkan

Nasional
Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

Nasional
PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com