Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Menteri Tersangka Korupsi, Presiden Diminta Utamakan Aspek Integritas Kabinet

Kompas.com - 07/12/2020, 13:58 WIB
Ardito Ramadhan,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo diminta memperhatikan aspek integritas dalam menyeleksi nama-nama menteri setelah dua menterinya, Menteri Sosial Juliari Batubara dan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, tersandung kasus korupsi.

Peneliti Pusat Kajian Antikorupsi Universitas Gadjah Mada Zaenur Rohman berpendapat, aspek integritas belum menjadi prioritas dalam rekrutmen menteri.

"Yang penting aspek integritas karena soal integritas selama ini seakan tidak sepenting soal nasionalisme dan lain-lain," ujar peneliti Pusat Kajian Antikorupsi UGM Zaenur Rohman, Senin (7/12/2020).

Baca juga: Dua Menteri Tersangka Korupsi, Muhammadiyah: Budaya Korupsi Masih Subur

Zaenur mengatakan, dalam hal menentukan menteri, presiden mesti melihat rekam jejak kandidat, khususnya dilihat dari nilai-nilai integritas.

Untuk itu, kata Zaenur, presiden dapat meminta lembaga intelijen untuk melakukan profiling.

Zaenur pun mengakui bahwa menteri dari kalangan partai politik lebih berisiko melakukan korupsi.

Namun, menurut dia, sulit bagi presiden untuk tidak menyiapkan kursi menteri bagi perwakilan partai politik.

"Wajar jika menteri berasal dari batar belakang parpol dan non parpol. Presiden membutuhkan dukungan parpol. Sehingga tidak mungkin menteri semuanya dari non parpol," ujar Zaenur.

Kendati demikian, Zaenur menegaskan, integritas menteri saja tidak cukup bila tidak diikuti dengan sistem pengawasan yang baik.

Menurut Zaenur, inspektorat yang bertugas menjadi aparat pengawas internal di setiap kementerian tidak berjalan efektif karena kedudukannya berada di bawah menteri.

"Contoh sistem pengawasan yang perlu diinisiasi adalah membuat whistle-blowing system agar para pembantu menteri atau pihak lain yang mengetahui gelagat penyimpangan menteri dapat melaporkan dengan aman," kata Zaenur.

Ia mengatakan, fungsi whistle-blowing system itu sebaiknya tidak hanya berada di KPK tetapi juga di Kantor Staf Presiden atau Sekretariat Kabinet agar Prsiden mendapat informasi pertama dan dapat memberi teguran untuk mencegah terjadinya penyimpangan.

Baca juga: 2 Menteri Jokowi dan Hasil Tangkapan KPK dalam Dua Pekan Terakhir

"Memang selama ini janggal, Presiden memiliki aparat intelijen namun selalu kecolongan atas perilaku korupsi para pembantunya. Oleh karena itu, lebih baik dibuat sistem pencegahan," kata Zaenur.

Diketahui, dua orang menteri pada Kabinet Indonesia Maju yakni Juliari dan Edhy kini berstatus sebagai tersangka dan ditahan oleh KPK.

Juliari ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait bantuan sosial Covid-19 sedangkan Edhy merupakan tersangka kasus dugaan suap terkait izin ekspor bibit lobster.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com