Menurutnya, menghindari kerumunan penting dilakukan. Mengingat, kerumunan massa hampir dipastikan bisa menyebabkan penularan Covid-19.
"Sejumlah aktivitas yang menciptakan kerumunan hampir pasti bisa menimnulkan penularan, menulari dan tertular satu sama lainnya," ujar Doni dalam konferensi pers di RSD Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta, Minggu (15/11/2020).
Doni mengungkapkan, keterlibatan masyarakat dalam kerumunan massa bisa saja tak bermasalah bagi mereka yang berusia 36 tahun dan tidak mempunyai komorbid.
Namun, hal itu tetap rawan terjadinya penularan ketika mereka kembali bertemu anggota keluarga yang memiliki komorbid.
Baca juga: Anggota Komisi XI: Kalau Bukan karena Pandemi Covid-19. Kami Tolak Anggaran PEN Rp 695,2 Triliun
Jika itu terjadi, risiko yang akan diterima anggota keluarga tersebut adalah adanya potensi tertular Covid-19.
"Data yang kami peroleh selama 8 bulan terakhir, angka kematian penderita komorbid dan lansia mencapai 80 persen sampai 85 persen, sebuah angka yang sangat tinggi," kata dia.
Untuk itu, ia meminta masyarakat untuk bahu-membahu meningkatkan kedisiplinannya dalam menjaga protokol kesehatan.
Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga Laura Navika Yamani mendorong pemerintah meningkatkan testing menyusul masih adanya kegiatan yang menyebabkan kerumunan massa.
"Seperti kemarin kondisi kerumunan di Bandara Soekarno-Hatta. Pemerintah harus dengan konsekuensi risiko penyebaran Covid-19, dengan melakukan testing aktif dan massal pada lokasi atau asal dari populasi yang melakukan kerumunan," kata Laura saat dihubungi Kompas.com, Minggu (15/11/2020).
Menurutnya, peningkatan testing juga bisa menjadi langkah sigap pemerintah dalam mengendalikan Covid-19, terutama ketika terjadinya kerumunan massa.
Baca juga: Warga Meninggal akibat Covid-19, Ahli Waris Dapat Santunan Rp 15 Juta, Ini Syaratnya
"Jadi jika ada kegiatan yang dengan kerumunan, pemerintah sigap dalam menemukan kasus dan melakukan isolasi untuk mencegah terjadinya penyebaran yang meluas," kata dia.
Laura juga mengingatkan pemerintah supaya memerhatikan jumlah pemeriksaan supaya bisa menurunkan angka positivity rate sesuai rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) di bawah 5 persen.
"Artinya ya jumlah testing dan tracing harus ditingkatkan di komunitas masyarakat," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.