Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jusuf Kalla Sebut Negara Maju Tak Jamin Bebas Krisis

Kompas.com - 06/07/2020, 16:04 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla mengatakan, maju atau tidaknya sebuah negara tak menjadi ukuran dapat terbebas dari krisis.

Sebab, kata dia, suatu negara bisa bebas dari krisis seperti pandemi Covid-19 saat ini, sangat dipengaruhi kemampuan pemimpinnya untuk cepat dan tegas bertindak.

Contoh nyata, kata dia, situasi Covid-19 di London, Inggris yang lebih parah daripada Jakarta. Padahal semula kondisinya tak jauh berbeda.

"Jadi tidak ada ukuran negara berhasil maju atau tidak, semua sama. Selama tidak ada kebersamaan, kepemimpinannya tidak cepat dan tegas dalam mengambil langkah dan keputusan," ujar Kalla dalam webinar LSPR, Senin (7/6/2020).

Baca juga: Jusuf Kalla: Jangan Harapkan Bantuan Negara Lain pada Masa Pandemi Covid-19

Selain itu, kata dia, pengetahuan pemimpin suatu negara dalam menyelesaikan krisis juga menjadi satu hal yang mutlak.

Sebab kecepatan dan ketegasan tanpa pengetahuan dalam masalah yang dihadapi tetap akan membuat penanganannya gagal.

Ia mengatakan, kecepatan dan ketegasan seorang pemimpin untuk mengatasi krisis seperti pandemi Covid-19 dibutuhkan agar masyarakat patuh dan mengikuti perintahnya.

Kalla mencontohkan yang terjadi di Amerika Serikat saat ini.

Meskipun negara tersebut besar dan hebat dari segi ekonomi dan sistem, tetapi ketidaktegasan, ketidakjelasan, hingga ketidaktahuan pimpinannya membuat AS terlambat menangani pandemi Covid-19.

AS pun menjadi negara dengan jumlah kematian akibat Covid-19 paling banyak, termasuk tingkat penularannya. Setidaknya hampir 2 juta orang positif dan 300.000 orang meninggal dunia.

"Brasil juga sama, karena lambat dan menganggap enteng. Kita lihat di Eropa juga seperti itu. Tapi negara yang berhasil, China sejak awal Januari sudah bertindak dan ketegasan dia bilang lockdown, tidak keluar rumah, tidak boleh pergi kemana-mana, dan orang mengikuti karena mengerti," tutur Kalla.

Korea Selatan pun melakukan hal yang mirip dengan China. Meski tidak lockdown, tapi negara tersebut cepat bertindak sejak awal dengan memajukan sistem dan masyarakat melaksanakannya.

Negara-negara yang cepat dan tegas bertindak itu, kata dia, mampu membiayai apa yang mereka putuskan.

Sebab adapula negara yang memutuskan seperti lockdown, tetapi tidak mampu dalam hal biaya.

Baca juga: Jusuf Kalla: Kemampuan Pemimpin Akan Dinilai Saat Situasi Krisis

"Jadi saya ingatkan juga negeri itu harus mempunyai kemampuan bersama bangsa itu, baru kita bisa menyelesaikan masalah," kata dia.

Contoh lainnya adalah negara terdekat dengan Indonesia, yakni Vietnam yang sejak Januari ketika informasi soal Covid-19 muncul, negara itu langsung mengambil tindakan dan memutuskan jaringan dengan luar.

"Itu yang memberikan arti untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan karena masalah kemanusiaan itu tanpa batas sehingga pemimpin dalam krisis kemanusiaan harus melihatnya secara global dan tidak egois," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com