JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengingatkan, wabah virus corona (Covid-19) belum berakhir, meski pemerintah mulai menerapkan fase kenormalan baru atau new normal.
Pasalnya, menurut Doni, saat ini banyak masyarakat yang menganggap pandemi Covid-19 sudah berakhir.
"Beberapa di antara mereka menganggap ini sudah normal lagi, sehingga mereka merasa Covid-19 ini sudah selesai. Dan bahwa sampai hari ini, Covid-19 belum berakhir," kata Doni dalam rapat kerja dengan Komisi VIII di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (23/6/2020).
Baca juga: Doni Monardo: Sektor Pendidikan Dibuka Paling Akhir Saat New Normal
Doni mengatakan, anggapan masyarakat itu harus diluruskan melalui kampanye dan sosialisasi terkait penanganan Covid-19.
Masyarakat harus diingatkan bahwa taat pada protokol kesehatan Covid-19 merupakan bagian dari ibadah.
"Senantiasa harus kita kampanyekan setiap detik, menyampaikan pesan kepada masyarakat untuk taat pada protokol kesehatan adalah ibadah. Karena kalau ini bisa disampaikan dan rakyat mau menuruti, maka bisa menghindari risiko," ujarnya.
Baca juga: Di Depan Jokowi, Doni Monardo Buka-bukaan soal Kurangnya Dokter Spesialis Paru
Doni juga mengimbau pemerintah daerah agar menggunakan bahasa lokal atau daerah dalam mengkampanyekan protokol kesehatan, seperti mengenai imbauan jaga jarak, menggunakan masker dan mencuci tangan dengan sabun.
"Kami mengajak seluruh komponen masyarakat di seluruh daerah untuk bisa menjelaskan tentang Covid-19 ini dengan menggunakan bahasa lokal dan bahasa daerah, rakyat kita tidak tahu itu apa itu physical distancing, apa itu sosial distancing, bahkan sekarang apa itu new normal," ucapnya.
Doni mengatakan, jika satu orang saja dapat melindungi dirinya dari Covid-19, maka orang itu juga dapat melindungi lingkungannya.
Kemudian ia mengingatkan, orang-orang yang memiliki penyakit penyerta sangat rentan tertular virus corona dan memiliki risiko kematian yang tinggi.
"Kelompok yang rentan adalah orang-orang yang punya penyakit penyerta. Dari data yang kami kumpulkan, risiko kematiannya sangat tinggi, terutama mereka yang punya hipertensi, punya diabetes, ginjal, jantung, kanker, dan penyakit paru," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.