JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah lebih dari 22.000 orang hingga Minggu (24/5/2020) kemarin pukul 12.00 WIB.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengemukakan, terjadi penambahan 526 kasus dalam 24 jam terakhir hingga pukul 12.00 WIB kemarin.
“Konfirmasi Covid-19 yang positif naik sebanyak 526 sehingga totalnya menjadi 22.271,” kata Yuri melalui siaran langsung di akun Youtube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu.
Dari total kasus positif, 5.402 orang di antaranya telah dinyatakan sembuh.
Baca juga: Pemerintah Ajak Masyarakat Tinggalkan Cara Berpikir Sebelum Wabah Covid-19
Pemerintah mencatat, terdapat penambahan 153 pasien sembuh dibanding data pada Sabtu lalu.
Sementara itu, pasien meninggal bertambah 21 orang sehingga totalnya menjadi 1.372 orang.
Jumlah kasus Covid-19 di Tanah Air diketahui melalui tes dengan metode real time polymerase chain reaction (PCR) di 85 laboratorium serta tes cepat molekuler (TCM) di 40 laboratorium.
Secara keseluruhan, pemerintah mengklaim, total 248.555 spesimen telah diperiksa dari 179.864 orang terkait Covid-19.
Perlu diketahui, spesimen yang diambil dari satu orang dapat dilakukan lebih dari satu kali.
Selain itu, pemerintah juga masih mengawasi sejumlah orang yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP).
“Kami masih melakukan pemantauan di seluruh wilayah di Tanah Air ini pada orang-orang yang perlu kami pantau sebanyak 42.551 orang, sementara PDP yang masih kami awasi 11.389 orang,” ujar Yuri.
Berkaca dari data terkini Covid-19 di Tanah Air, Yuri menegaskan bahwa penularan virus corona masih terjadi di masyarakat.
“Gambaran inilah yang kemudian kami sampaikan sekali lagi bahwa proses penularan masih saja terjadi,” ucap Yuri.
Menurut dia, hal itu disebabkan sumber penularan virus masih berada di tengah masyarakat.
Selain itu, ada masyarakat yang “bandel” karena tidak mengikuti protokol untuk mencegah penyebaran Covid-19.
“Masih ada orang tanpa gejala atau sumber penularan penyakit yang masih berada di tengah-tengah masyarakat,” kata dia.
“Masih ada masyarakat yang rentan untuk tertular ini (Covid-19) karena masih melaksanakan kontak dekat, masih melaksanakan kegiatan berkerumun, tidak menjaga jarak, tidak menggunakan masker, tidak rajin mencuci tangan,” sambung dia.
Baca juga: Idul Fitri Diharapkan Jadi Momentum Perkuat Solidaritas Hadapi Pandemi Covid-19
Tak dipungkiri, pandemi Covid-19 mengubah cara hidup masyarakat termasuk dalam merayakan hari raya Idul Fitri.
Yuri menyatakan, memang berat untuk meninggalkan tradisi yang biasanya dilakukan saat Idul Fitri.
Misalnya mudik, anjangsana atau kunjungan dalam rangka silaturahim, serta berjabat tangan.
Namun, hal itu menjadi tantangan bersama apabila publik ingin menaklukkan pandemi Covid-19.
“Inilah tantangan kita bersama. Cobaan ini harus kita jalani apapun yang terjadi, kalau kita menginginkan sesegera mungkin kita bisa mengendalikan (pandemi) ini,” kata Yuri.
Karena itu, ia mengajak masyarakat meninggalkan cara berpikir dan bertindak lama ketika pandemi belum terjadi.
“Pahami bahwa dalam situasi yang saat ini terjadi, kita tidak boleh menggunakan cara pikir, cara tindak seperti situasi di masa-masa lalu,” katanya
Yuri menegaskan, situasi yang sedang dihadapi belum normal.
Ke depannya, tak menutup kemungkinan akan ada tahapan-tahapan yang cukup berat.
Untuk mengantisipasi wabah yang berkepanjangan, ia meminta masyarakat memiliki paradigma baru.
"Kita harus membuat paradigma baru, kita harus mengubah kebiasaan-kebiasaan kita menuju ke kebiasaan yang baru," ujar Yuri.
Caranya adalah dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti rajin mencuci tangan dan selektif untuk berkegiatan di luar rumah.
Kini, seluruh masyarakat ikut merasakan sulitnya situasi di tengah pandemi.
Yuri mengemukakan, sudah banyak masyarakat yang menderita akibat terpapar virus corona dan ada yang meninggal.
Masyarakat, termasuk tenaga medis, juga telah banyak berkorban untuk menangani pandemi ini.
Karena itu, ia meminta publik tidak mengeluh dan tidak saling menyalahkan.
“Oleh karena itu, tidak ada ruang bagi kita untuk mengeluh, untuk saling menyalahkan, untuk kemudian tidak berperan serta secara konstruktif di dalam penanganan pandemi Covid-19 ini,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.