Ia mengaku, gelombang mudik sudah terjadi di sejumlah wilayah di Jawa Barat. Hal itu mengakibatkan peningkatan ODP yang cukup signifikan.
Seperti di wilayah Sumedang, misalnya, saat ini sudah ada 1.807 ODP di wilayah tersebut.
Hal itu lantaran warga Sumedang yang tinggal dan bekerja di Jakarta memilih untuk pulang ke kampung halamannya, pasca-pemerintah pusat menerapkan kebijakan untuk bekerja di rumah.
"Contohnya di Sumedang sebelum ada pengumuman kerja di rumah yang ODP hanya dua orang sekarang sudah lebih dari 300 dan Pak Bupati melaporkan mereka adalah orang Sumedang yang tinggal bekerja di Jakarta tiba-tiba mudik ke kampung masing-masing," kata Emil.
Baca juga: Corona Merebak, Pemudik dengan Bus dari Jakarta ke Sumedang Meningkat
Gelombang pemudik juga sudah terlihat di wilayah Jawa Tengah sejak Minggu (22/3/2020).
Untuk itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah meminta agar seluruh bupati dan wali kota di wilayahnya memantau secara ketat perantau dari Jabodetabek.
Sebab, beberapa kasus penularan Covid-19 di Jawa Tengah diketahui sebelumnya memiliki riwayat perjalanan dari Jabodetabek. Hal itu mengakibatkan, jumlah pasien positif di Jawa Tengah telah mengalami lonjakan dua kali lipat dibandingkan pekan lalu.
"Misalnya, pada 22 Maret di Terminal Bulupitu Purwokerto ada 2.323 penumpang turun dan di Terminal Giri Adipura Wonogiri ada 2.625 penumpang. Situasi yang sama juga terjadi di terminal Cepu, Pemalang, Kebumen, Wonosobo, Cilacap," kata Ganjar seperti dilansir dari Warta Kota, Rabu (25/3/2020).
Untuk diketahui, saat ini ada 40 kasus positif Covid-19 di Jawa Tengah, enam di antaranya meninggal dunia.
Baca juga: Ribuan Pemudik Jabodetabek Pulang ke Jawa Tengah, Ganjar Minta Daerah Pantau Ketat
Untuk mencegah penularan kian meningkat, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono bahkan memutuskan mengambil kebijakan local lockdown. Akses dari dan menuju kota itu akan ditutup selama empat bulan ke depan.
Kebijakan ini diambil setelah munculnya kasus positif Covid-19 pertama di kota tersebut pada Rabu (25/3/2020).
"Warga harus bisa memahami kebijakan yang saya ambil. Kalau saya bisa memilih, lebih baik saya dibenci warga dari pada maut menjemput mereka," kata Dedy saat konferensi pers di Balai Kota Tegal, Rabu malam.
Baca juga: Cegah Corona, Pemkot Tegal Terapkan Local Lockdown, Ini Fakta Lengkapnya
Ia mengatakan, penutupan akses Kota Bahari itu akan dilakukan dengan beton movable concrete barrier (MBC) mulai 30 Maret sampai 30 Juli 2020.
Akses masuk tidak lagi ditutup menggunakan water barrier yang sudah diterapkan sebelumnya di sejumlah titik.