Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dorong Reformasi Organisasi, Gus Yahya Tak Ingin NU Sekadar Jadi Batu Loncatan Politik

Kompas.com - 11/03/2020, 20:14 WIB
Tsarina Maharani,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya mendorong reformasi di tubuh Nadhlatul Ulama (NU).

Menurut Katib Aam PBNU itu, reformasi NU ini menjadi penting untuk kembali menghidupkan fungsi dan relevansi organisasi.

Gus Yahya menilai, saat ini NU kerap dijadikan alat untuk mengumpulkan dukungan demi kekuasaan politik.

"Jadi, bukan hanya sebagai simpul-simpul untuk menggalang dukungan politk seperti yang banyak terjadi selama ini. Supaya orang tidak menjadikan NU sebagai batu loncatan politik untuk posisi-posisi politik," kata Gus Yahya dalam peluncuran buku 'PBNU: Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama', di kantor PBNU, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020).

Ia mengatakan, kursi kepengurusan NU kini jadi rebutan karena alasan politis. Gus Yahya khawatir, pola calon presiden atau calon wakil presiden dari kalangan NU berulang.

"Saya lihat orang sudah mulai berebut jadi pengurus NU, tujuannya karena politik. Yang saya khawatir kalau sampai ada capres atau cawapres dari PBNU. Terus terang saya khawatir," tuturnya.

Baca juga: PWNU Sumbar Dukung Said Aqil Siradj Kembali Pimpin NU

Gus Yahya menyatakan, NU dalam keadaan bahaya jika organisasi hanya sekadar jadi alat meraih kekuasaan.

Ia tidak ingin forum-forum musyawarah NU diisi berbagai kepentingan politik.

"Nanti forum-forum musyawarah jadi ajang kompetisi politik dari berbagai macam kekuatan. Dari bawah sampai ke pusat. Ini kekhawatiran saya," kata Gus Yahya.

"Maka harus diubah konstruksi ini supaya betul-betul fungsional untuk kemaslahatan, bahwa gesture NU akan lebih inklusif," imbuh dia.

Dorong konstruksi organisasi ala pemerintahan

Gus Yahya menyatakan reformasi di tubuh NU tidak hanya kestrukturan, tetapi juga reformasi pola pikir.

Menurut Gus Yahya, konstruksi organisasi NU saat ini tidak banyak berubah sejak 1952. Maka, ia menilai ada ancaman NU tidak lagi relevan bagi warganya.

"Ini perlu reformasi tersendiri. Tidak hanya reformasi struktur formal. Tapi juga reformasi mindset. Perlu ada perubahan pola pikir, bahkan mental," kata Gus Yahya.

Baca juga: Ketika Harlah NU Digelar di Wilayah Muhammadiyah

Gagasan yang ia miliki adalah mengubah konstruksi organisasi NU seperti pemerintahan.

Artinya, jamiyah NU sebagai pemerintah dan jemaah NU sebagai warga. Menurut Gus Yahya, konstruksi ini paling ideal karena warga NU bukan berdasarkan keanggotaan terikat.

"Karena kenyataannya kita tidak punya keanggotaan. Kalau manajemen organisasi asumsinya anggota dalam kontrol organisasi. Anggota itu tanda tangan kesetiaan taat organisasi. Apapun harus ikut. Itu nalar organisasi," jelasnya.

"NU kan enggak gitu. Karena warga bukan keanggotaan yang terdaftar. Warga adalah kesertaan yang longgar," lanjut Gus Yahya.

Ia yakin, melalui konstruksi ini hubungan antara NU sebagai organisasi dengan warganya kembali berfungsi dengan baik.

Namun, dengan konstruksi yang ia sebutkan itu, ada konsekuensi yang harus dilaksanakan NU. Gus Yahya mengatakan NU harus berfungsi menyediakan layanan untuk warganya.

Baca juga: Rilis Buku Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama, Gus Yahya Bicara Relevansi NU

Selanjutnya, NU harus memobilisasi sumber daya untuk kemudian didistribusikan kepada warga.

Selain itu, artinya NU harus mampu menetapkan regulasi layanan yang dapat diakses warganya secara adil dan transparan.

"NU harus membangkitkan bobot aktivitasnya yang tadinya ada di pusat, dibalik jadi ke bawah. Jadi ujung tombak aktivitas adalah cabang. PBNU punya tanggung jawab mobilisasi dan mendapatkan sumber daya untuk kemudian dibagi ke bawah untuk dijadikan kegiatan di bawah," kata Gus Yahya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com