Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fraksi Nasdem di DPR Dorong Amendemen 1945 Secara Menyeluruh

Kompas.com - 26/11/2019, 14:05 WIB
Kristian Erdianto,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Fraksi Partai Nasdem di DPR RI berencana mendorong amandemen UUD 1945 secara menyeluruh, tak hanya sebatas pada menghidupkan kembali Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

Demikian diungkapkan Sekretaris Fraksi Partai Nasdem Saan Mustopa di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (26/11/2019), ketika ditanya mengenai sikap fraksinya tentang amendemen konstitusi.

"Tentu amendemen itu kan tidak hanya sebatas soal GBHN, tapi juga yang lain. Karena memang apa yang kita wacanakan itu kan soal amendemen yang menyeluruh," ujar Saan.

Baca juga: Bertemu Pimpinan MPR, PKS Akan Beri Pandangan soal Wacana Amendemen

Saan melanjutkan, ada beberapa poin yang diwacanakan untuk diubah. Misalnya, terkait kewenangan MPR untuk menetapkan GBHN, ketentuan mengenai penyelenggaraan pemilihan umum dan masa jabatan presiden

Kendati demikian, saan menegaskan hingga saat ini Fraksi Partai Nasdem belum menentukan sikapnya secara resmi.

Fraksinya tengah mengkaji segala masukan dari masyarakat terkait amendemen. Ia memastikan, sikap Partai Nasdem nantinya akan sejalan dengan apa yang dikehendaki masyarakat.

"Jadi kita mewacanakan itu ke publik dan kita sedang menyerap, sikap publik seperti apa tentang GBHN, soal MPR, soal masa jabatan presiden, bahkan terkait juga soal bagaimana sikap publik terkait dengan pemilu yang 2019 kemarin itu," kata Saan.

"Kita ingin lihat opini di masyarakat seperti apa. Mudah-mudahan nanti sebelum masuk masa sidang II kita sudah bisa matangkan terkait sikap kita seperti apa," lanjut dia.

Baca juga: Pimpinan MPR Kunjungi PKS Siang Ini, Bahas Amendemen Konstitusi

Saat ini, masih ada tiga partai politik belum sepakat dengan rencana amendemen terbatas UUD 1945 untuk menghidupkan kembali GBHN.

Ketiga partai tersebut yakni Partai Golkar, Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Ketiga parpol itu berpandangan rencana menghidupkan kembali GBHN tidak perlu dilakukan melalui amendemen terbatas, tetapi cukup diatur dalam undang-undang yang baru. 

 

Kompas TV Mengawali moment 30 tahun polygon, inilah kisah inspiratif dari #PolygonFamily. Salah satunya Kusmawati Yazid, Atlet MTB XC Wanita no 1 Indonesia. Tak mudah mencapai puncak, ragam halangan rintangan datang, namun tak menyurutkan semangat. Bahkan ia sempat mengalami kecelakaan dan terancam lumpuh. Namun dari setiap proses yang ada, bukan berarti tak meraih prestasi. Lewat latihan dan kerja keras yang pasti, Kusmawati buktikan bahwa dirinya mampu menggores prestasi untuk Indonesia. Menurutnya keajaiban akan selalu datang bagi orang yang pantang menyerah. #PolygonFamily
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Nasional
Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com