Saat itu, kata dia, ia ditunjukkan Hasto tentang internet of things (IoT) dan teknologi informasi (TI) yang dimiliki partai tersebut.
"Saat itu saya langsung, ah partai ini punya masa depan. Partai ini ternyata enggak jadul-jadul banget. Partai ini sudah punya visi beberapa puluh tahun ke depan," kata dia.
Oleh karena itu, dia pun merasa bahwa PDI-P merupakan partai yang memiliki visi misi untuk menampung anak muda.
"Itu alasannya (memilih PDI-P)," kata dia.
Meskipun Gibran tak lagi ragu terhadap PDI-P, nyatanya hingga saat ini partai tersebut belum merekomendasikan Gibran sebagai calon kepala daerah di Solo.
Baca juga: Disebut Bisa Kalahkan Gibran Rakabuming di Pilwalkot Solo, Didi Kempot Beri Tanggapan
Kendati demikian, seusai bertemu Megawati Soekarnoputri beberapa waktu lalu, Gibran menyatakan diri tak akan maju sebagai calon wali kota Solo dari jalur independen.
Dia menegaskan akan tetap maju dengan PDI-P sebagai kendaraan politiknya.
Rencana Gibran untuk maju sebagai calon wali kota Solo pada Pilkada 2020 juga tidak lepas dari isu dinasti politik.
Hal tersebut tak lain karena ayah Gibran, Presiden Jokowi, mengawali karier politiknya sebagai Wali Kota Solo sebelum maju menjadi Gubernur DKI Jakarta dan Presiden RI.
Artinya, Jokowi mengawali karier politiknya dari nol. Sementara Gibran dinilai tidak demikian lantaran dikenal sebagai anak presiden.
Gibran mengatakan, dirinya tidak berpikir soal dinasti politik karena ia terjun ke politik pun hanya karena niat ingin menghidupi orang lebih banyak lagi.
Baca juga: Gibran Rakabuming Raka: Kalau Dinasti Politik, Saya Kemarin Minta Jadi Menteri
Sebagai pengusaha, saat ini Gibran mengaku bisa menghidupi cukup banyak orang. Namun, ia ingin bisa menghidupi masyarakat lebih banyak lagi, caranya yakni dengan turun ke politik.
"Orang bilang, kenapa Mas kamu enggak nunggu Bapak selesai jadi Presiden dulu? Kelamaan. Ya momennya itu sekarang (maju pilkada)," kata Gibran.
"Mungkin orang bilang dinasti politik segala macam. Saya kan ikut kontestasi, bisa dipilih, bisa tidak. Bisa kalah, bisa menang. Kalau dinasti politik, mungkin saya kemarin minta jadi menteri atau apa saja," lanjut dia.
Gibran mengakui, dahulu dia sempat mengatakan tidak ingin masuk ke dunia politik.
Namun, seiring dengan proses pendewasaan yang dilaluinya, dia pun mulai menyadari bahwa sebagai anak muda, mindset masyarakat bahwa politik selalu kotor harus diubah.
"Kalau yang mengubah bukan anak muda tidak akan bisa, karena ini jadi momen anak muda, anak muda jadi penggerak bukan obyek yang digerakkan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.