Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sindir Parpol yang Ngaku Pancasilais, Surya Paloh Disebut Terlalu Emosional

Kompas.com - 09/11/2019, 15:41 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi PDI-P Andreas Hugo Pareira menilai, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh terlalu emosional saat menyindir soal partai yang mengaku paling pancasilais, tetapi berseberangan dari nilai-nilai Pancasila.

Diketahui, pernyataan tersebut disampaikan Surya saat pembukaan Kongres Partai Nasdem di di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (8/11/2019).

Andreas berpendapat, penyataan itu disampaikan Surya untuk merespons sindiran Presiden Jokowi terkait kemesraannya dengan Presiden PKS Sohibul Iman.

"Ini berawal dari 'sindiran' Pak Jokowi soal kemesraan pelukan antara Pak SP ketum Nasdem dan SI ketum PKS, yang mungkin lebih pada ekspresi kedekatan perkawanan antar elite yang kemudian ditafsirkan berbagai pihak dengan berbagai interpretasi, terutama mengarah ke 2024," kata Andreas saat dihubungi, Sabtu (9/11/2019).

"Reaksi SP terhadap sindiran Presiden pun menurut saya terlalu emosional, membawa diskursus seolah persoalan 'pelukan' ini masuk dalam wilayah ideologis partai-partai pendukung Jokowi-Ma’ruf," sambungnya.

Baca juga: Surya Paloh Sindir Parpol yang Ngaku Pancasilais tetapi Ajak Kelahi

Andreas mengatakan, Jokowi mengomentari pertemuan Surya dan Sohibul dalam kapasitas sebagai presiden. Menurut dia, Jokowi berharap setelah pembentukan kabinet, seluruh partai pendukung tetap solid.

"Sehingga, meskipun hubungan antar elite partai dinamis tetapi soliditas koalisi tetap terjaga," ujarnya.

Lebih lanjut, Andreas mengatakan, tidak satu partai pun yang memaknai pelukan Surya dan Sohibul memiliki makna ideologis.

Sebab, seluruh elite parpol memahami hubungan antarelite bersifat politik pertemanan.

"Sehingga menurut saya, tuduhan SP soal partai pancasilais pun menjadi terlalu emosional dan sama sekali tidak bermakna ideologis," pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menyindir partai yang mengaku paling pancasilais dan nasionalis namun dalam praktiknya justru berseberangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Baca juga: Surya Paloh: Rangkulan Silaturahim Dimaknai Kecurigaan...

"Pancasila sebagai pegangan kita. Tapi kita tidak laksanakan itu, ngakunya partai nasionalis, partai yang pancasilais. Ya buktikan saja di rakyat yang membutuhkan pembuktian partai mana yang paling menanamkan nilai-nilai Pancasila," ujar Surya.

"Kalau partai yang masih mengundang cynical propaganda yang kosong, mengajak berkelahi satu sama yang lainnya, ah yang pasti itu bukan pancasilais itu," lanjut dia.

Surya mengatakan partai yang pancasilais semestinya tidak menganggap partai yang tak searah sebagai musuh.

Ia mengatakan, semestinya partai pancasilais itu harus merangkul semua partai, termasuk yang berseberangan sikap politik.

"Kalau Nasdem mau dikenal partai pancasilais, pertama rendah hati, rangkul teman, salam teman, tawarkan pikiran kepada teman," ujar Surya.

"Jangan musuhi teman. Itu baru Pancasila. Kalau tidak dijalankan yang paling menangis proklamator bangsa ini," lanjut dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Nasional
Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Nasional
Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Nasional
Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Nasional
297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

Nasional
Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Nasional
Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Nasional
Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasional
Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Nasional
KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

Nasional
Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi 'Online' Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi "Online" Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com