Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Kecewa dan Maaf Jokowi soal Formasi Kabinet Indonesia Maju...

Kompas.com - 28/10/2019, 07:44 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Icha Rastika

Tim Redaksi

"Bahkan salah satu mungkin, Direktur TKN (Tim Kampanye Nasional) nya pun dari Hanura dan tetapi dalam perjalanannya kami memang kami bahkan harus berkorban sehingga tidak ada kursi lagi di Parlemen," ujar dia.

Pengurus Besar Nadlatul Ulama

Pengurus Besar Nadlatul Ulama atau PBNU kecewa dengan penyusunan Kabinet Indonesia Maju.

Berbeda dari Hanura, ia menyayangkan Jokowi memilih Jenderal (purn) Fachrul Razi sebagai menteri agama.

Beberapa kiai di daerah kecewa dengan keputusan Jokowi.

"Saya dan pengurus lainnya banyak mendapat pertanyaan terkait Menteri Agama. Selain pertanyaan, banyak kiai dari berbagai daerah yang menyatakan kekecewaannya dengan nada protes," kata Ketua PBNU KH Robikin Emhas dalam keterangan tertulis, Rabu (23/10/2019).

Baca juga: Pengamat: Menteri Agama Dijabat Purnawirawan TNI, Wajar Kiai NU Kecewa

Robikin mengatakan, para kiai memahami Kemenag memiliki tugas penting dalam menangkal radikalisme.

Namun, pemilihan Fachrul dinilai tak sesuai dengan yang diharapkan dalam membentengi NKRI dari ajaran NKRI.

Dampak radikalisme, kata Robikin, sangat berbahaya maka NU juga akan terus mengantisipasi dan mengingatkan.

"Bahkan NU menyatakan Indonesia sudah kategori darurat radikalisme, di samping darurat narkoba dan LGBT," ujar Robikin.

PP Muhammadiyah

Pengurus Pusat Muhammadiyah menyatakan, pihaknya kecewa atas penyusunan menteri di Kabinet Indonesia Maju, khususnya ditunjuknya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Sebab, posisi Mendikbud biasanya diisi oleh kalangan Muhammadiyah.

"Sangat kecewa," ujar Wakil Ketua Majelis Tabligh Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Fahmi Salim di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (26/10/2019).

Baca juga: Muhammadiyah Disebut Kecewa Nadiem Makarim Ditunjuk Jadi Menteri

Fahmi berharap, ditunjuknya Nadiem yang sebagai Mendikbud tidak menimbulkan persepsi di masyarakat bahwa penyusunan formasi Kabinet Indonesia Maju ini dilakukan secara serampangan.

Kendati demikian, pernyataan Fahmi dibantah oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad.

Ia menegaskan, pihaknya menghormati komposisi Kabinet Kerja Jilid II yang dibentuk Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Ia pun berterima kasih karena perwakilan Muhammadiyah masih dipercayai di salah satu posisi di Kabinet Indonesia Maju.

"Muhammadiyah bahkan berterima kasih karena Prof Muhadjir Effendy diberi amanat dan diangkat Presiden sebagai Menko PMK," kata Dadang dalam keterangan tertulis, Sabtu (26/10/2019).

Baca juga: PP Muhammadiyah Bantah Kecewa dengan Susunan Kabinet Indonesia Maju

Dadang menegaskan, pernyataan di luar yang telah disampaikannya Ketua Umum PP Muhammadiyah terkait kabinet tidak mewakil organisasi tersebut secara keseluruhan

Untuk itu, ia meminta kader Muhammadiyah untuk tidak mengeluarkan pernyataan tentang susunan kabinet yang tidak sejalan dengan garis Muhammadiyah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com