Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Diminta Tunjukkan Sinyal Keberpihakan ke Publik Terkait Seleksi Capim KPK

Kompas.com - 29/08/2019, 23:06 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi menilai, Presiden Joko Widodo patut menunjukkan sinyal keberpihakan kepada publik dalam proses seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Menurut dia, Presiden Jokowi harus mengawasi dan memastikan kinerja Panitia Seleksi Capim KPK agar nantinya 10 nama yang diserahkan ke DPR merupakan orang berintegritas dan sesuai aspirasi publik.

"Pada titik itu, presiden sebagai ujung dari proses penyaringan nama dari Pansel Capim KPK itu jadi sangat menentukan. Apakah beliau punya komitmen atau tidak dalam menunjukkan keberpihakan proses pemilihan pimpinan KPK yang sesuai dengan aspirasi publik," kata Burhanuddin dalam diskusi Efek Kinerja Pemberantasan Korupsi terhadap Dukungan pada Jokowi di Hotel Mercure Cikini, Jakarta, Kamis (29/8/2019).

Baca juga: Capim KPK Sebut OTT KPK Marak karena Personel Penindakan Lebih Banyak

Apabila 10 nama yang diserahkan ke DPR tidak memuaskan aspirasi publik, akan berisiko terhadap kredibilitas presiden dan dukungan publik terhadap pemerintah.

"Saatnya presiden menunjukkan keberpihakan publik dengan memberikan sinyal kepada publik bahwa presiden masih hadir dalam konteks mengawal agenda reformasi yang sangat krusial, yaitu pemberantasan korupsi," ujar dia. 

Ia juga mengingatkan, pemberantasan korupsi bisa menimbulkan serangan balik dari pihak-pihak yang tidak nyaman.

Situasi ini kerap terjadi di berbagai negara sehingga peran pemimpin negara menjadi sangat menentukan.

Seperti diketahui rangkaian proses seleksi capim KPK menjadi polemik. Dari 20 nama yang dinyatakan lolos profile assessment oleh Panitia Seleksi Capim KPK ada calon yang dinilai bermasalah.

Koalisi Kawal Capim KPK juga meminta Presiden Jokowi mengevaluasi kinerja Pansel terkait 20 nama capim KPK itu. Koalisi menganggap Pansel terkesan tak peka terhadap masukan masyarakat.

Selain itu, Koalisi Kawal Capim KPK menduga ada calon yang bermasalah, seperti melanggar kode etik saat bertugas di lembaga terdahulu, calon yang diduga mengintimidasi pegawai KPK hingga persoalan ketidakkepatuhan sejumlah calon terkait laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

Baca juga: Pansel KPK di Tengah Kontroversi Capim yang Diduga Bermasalah

Tim KPK juga ikut menelusuri rekam jejak nama calon yang maju ke tahapan wawancara dan uji publik tersebut.

Temuan tim internal KPK juga tak jauh berbeda dengan kajian Koalisi, ada calon-calon yang diduga bermasalah tapi tetap diloloskan.

Di sisi lain, publik pun turut bersuara dengan menandatangani petisi berjudul "Presiden Jokowi, Coret Capim KPK Bermasalah" di change.org.

Hingga Kamis (29/8/2019) pukul 22.15 WIB, petisi itu sudah ditandatangani 70.180 warganet.

Petisi yang dimuat oleh peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Kurnia Ramadhana ini pada intinya menuntut Presiden Jokowi segera perintahkan Pansel Capim KPK untuk tidak meloloskan Capim KPK yang terbukti tidak berkualitas dan tidak berintegritas.

"Maka, Presiden sebagai pucuk pimpinan pemerintahan tertinggi itu menjadi sangat krusial, terutama menunjukkan apakah seorang pemimpin punya komitmen dan keberpihakan terhadap proses lahirnya pemimpin yang bertanggung jawab dalam pemberantasan korupsi itu," kata dia. 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com