Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Dianggap Lemahkan KPK, Antam Novambar: Itu Opini, Rumor..

Kompas.com - 27/08/2019, 11:39 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (pansel capim KPK) menanyakan soal kehadiran polisi di KPK yang akan memperlemah KPK kepada Irjen Pol Antam Novambar dalam seleksi calon pimpinan KPK di Gedung Kementerian Sekretariat Negara, Selasa (27/8/2019).

Menjawabnya, Antam membantah dan menyebutkan bahwa hal tersebut hanya rumor dan opini belaka. Ia pun ingin masuk ke KPK untuk mengubah lembaga antirasuah tersebut.

"Banyak dugaan bahwa kehadiran polisi di KPK adalah untuk memperlemah KPK. Apa tanggapan Bapak?" tanya anggota pansel Hamdi Muluk.

Baca juga: Uji Publik Capim KPK, Antam Novambar Klarifikasi Tudingan Intimidasi Penyidik

"Ini opini, rumor selalu disampaikan. Jadi seolah-olah KPK merasa kalau pihak lain masuk, memperlemah. Inginnya mereka, saya boleh juga merumor. KPK sudah di zona nyaman saat ini. Mereka takut, sanksi, gelisah kalau ada yang lain untu mengubah. Saya niat ke sana untuk mengubah," jawab Antam.

Antam menjelaskan, zona nyaman di KPK yang dimaksudnya adalah karena takutnya KPK ada perubahan.

Menurut dia, saat ini KPK sudah nyaman dengan kewenangan, kehebatan, dan kekuatan dari UU KPK.

"Yang ada di dalam pasti nyaman. Ada beberapa yang saya ingin ubah di KPK. Perkiraan saya, tidak ada niat kami polisi memperlemah. Apa yang diperlemah? Buktinya sekarang BKO polisi di sana adalah yang terbaik. Seleksi ketat, diseleksi lagi oleh KPK. Kalau kami perlemah, ngapain kasih polisi yang terbaik (sebagai penyidik KPK)," terang Antam.

Baca juga: Jelang Psikotest Capim KPK, Wakabareskrim Bilang Santai Saja Lah...

Antam juga menegaskan bahwa dirinya tidak setuju dengan adanya anggapan polisi memperlemah KPK.

"KPK saat ini menggunakan penggiringan opini bahwa selalu polisi datang untuk memperlemah," terang dia.

"Apa buktinya polisi tidak memperlemah KPK? Kalau kasus tersangkanya polisi, dihalang-halangi polisi," tanya Hamdi lagi.

Baca juga: Brigjen Antam Novambar Resmi Jabat Wakil Bareskrim Polri

"Saya tidak di KPK saat ini. Jadi saya tidak mengetahui yang sebenarnya terjadi di KPK. Menurut laporan anggota-anggota kami yang sudah selesai masa dinasnya, tidak pernah mereka menghalang-halangi. Jangan sampai kita termakan isu," pungkas dia.

Antam sendiri merupakan Inspektur Jenderal (Irjen) yang menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal (Wakabareskrim) Polri.

Dia menjadi salah satu polisi yang mendapat sorotan dari Koalisi Masyarakat Sipil dengan rekam jejaknya.

Baca juga: Polri Bantah Titip Personelnya ke Pansel Capim KPK

Koalisi Masyarakat Sipil menyebut bahwa Antam diduga pernah mengintimidasi mantan Direktur Penyidikan KPK Endang Tarsa.

Dia diduga meminta Endang untuk meringankan Komisaris Jenderal Budi Gunawan yang menjadi tersangka kasus dugaan suap dan gratifikasi oleh KPK pada 2015 lalu.

Dalam kesempatan wawancara seleksi capim KPK tersebut, Antam juga mengklarifikasi kejadian tersebut.

Kompas TV Panitia Seleksi (Pansel) Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memprioritaskan integritas dan independensi dalam mencari komisioner yang akan memimpin lembaga antikorupsi selama lima tahun ke depan. Dua hal itu akan dikombinasikan dengan kemampuan teknis dari calon terkait pemberantasan korupsi. #CapimKPK
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com